DESAIN MATERI PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
latarbelakang
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran
dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi
yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
tercapainya indikator.
Oleh karena dalam makalah kami akan membahas sedikit tentang materi
pembelajaran, yang mungkin bisa menambah pengetahuan dalam mengembangkan materi
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah
segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasahi oleh siswa
sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi
setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu.[1] isi
program atau materi pelajaran dalam suatu kurikulum adalah segala sesuatu yang
diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan.[2] Jadi
materi pelajaran merupakan segala sesuatu berupa penjabaran yang lebih konkret
dari kurikulum dalam bentuk materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sesuai
dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam setiap satuan pendidikan
tertentu. Materi pelajaran merupakan komponen dari kurkulum.
Materi disusun guna membatu proses kelancaran pengajaran, Sebab
materi pelajaran adalah bahan utama sebagai ilmu yang hendak disampaikan oleh
pengajar kepada pembelajar. Kebutuhan akan materi pelajaran merupakan
keniscayaan dalam sistem pembelajaran. Untuk itu pendidik hendaknya penentukan
materi dan mengaturnya agar materi tersebut mudah dipahami oleh siswa ketika
pendidik mengajarkannya di dalam kelas.
Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Pengertian
masing-masing diatas sebagai berikut:
a.
Pengetahuan
(knowledge)
Pengetahuan menunjukkan pada informasi yang disimpan dalam pikiran (mind)
siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi yang
harus dihafal dan dikuasahi oleh siswa, sehingga manakala diperlukan siswa
dapat menangkapnya kembali.
b.
Keterampilan
(skill)
Keterampilan (skill) menunjuk pada tindakan-tindakan (fisik dan non
fisik) yang dilakukan seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan
tertentu.
c.
Sikap
(attitude)
Sikap menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai
dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa.[3]
Materi pembelajaran juga dibedakan menjadi empat macam yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip.[4]
a.
Fakta
Fakta adalah sifat dari segala suatu gejala, peristiwa benda, yang
wujudnya dapat ditangkap oleh panca indra. Fakta merupakan pengetahuan yang
berhubungan dengan data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang
terjadi yang dapat diuji atau observasi. Fakta merupakan materi pelajaran yang
paling sederhana, karena materi ini sifatnya hanya mengikat hal-hal yang
spesifik.
Contoh
:
-
Ibu
kota Indonesia adalah Jakara
Merupakan fakta karena pada kenyataannya demikian.
-
Manusia
berjalan dengan kakinya
Merupakan fakta yang dapat dirasakan dan dapat dilihat.
b.
Konsep
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari kelompok
benda atau sifat. Suatu konsep memiliki hubungan yang disebut atribut. Atribut
adalah sesuatu yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut
menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Contoh
: Anak laki-laki merupakan suatu konsep, yang memiliki atribut tentu yang berbeda dengan
atribut yang dimiliki oleh konsep anak
perempuan.
Dengan demikian pemahaman tentang konsep harus didahului dengan
pemahaman tentang data dan fakta, sebab atribut itu sendiri pada dasarnya
adalah sejumlah fakta yang terkandung dalam objek.
c.
Prosedur
Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan
siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu.
Misalnya prosedur tentang langkah-langkah melakukan suatu percobaan,
langkah-langkah membuat suatu karangan, dan lain sebagainya.
d.
Prinsip
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara
empiris yang dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik kedalam
prinsip. Contohnya : prinsip tentang ketertiban lalulintas prinsip tentang
kesejahtaraan sosial prinsip tentang penguapan prinsip tentang radiasi dll.[5]
Materi-materi tersebut perlu diidentifikasi termasuk kelompok
fakta, konsep, prosedur atau prinsip, karena perbedaan jenis materi itu akan
membawa pada implikasi metode, media dan assesmen yang berbeda-beda pula.[6]
B.
Sumber Materi Pembelajaran
Sumber belajar sebenarnya tidak terbatas sebagaimana persepsi dalam
model pembelajaran konvensional yang membatasi diri hanya dengan media buku
ajar. Menurut wina, dalam pembelajaran konvensional, sering guru menentukan buku
teks sebagai satu-satunya sumber materi pelajaran. Bahkan, pembelajaran yang
berorientasi kepada kurikulum subjek akademis, buku teks yang telah disusun
oleh para pengembang kurikulum merupakan sumber utama. Dengan demikian,
perubahan dan atau penyempurnaan kurikulum, pada dasarnya adalah penyempurnaan
dan perubahan buku ajar. akibatnya, ketika terjadi perubahan kurikulum, maka
selalu diikuti oleh perubahan buku pelajaran.[7]
Wina memberikan sejumlah alasan rasional mengapa sumber belajar atau bahan
pelajaran tidak terbatas hanya dengan buku ajar, yaitu :
·
Dewasa
ini ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat, sehingga kalau guru dan siswa
hanya mengandalkan buku teks sebagai sumber pelajaran, bisa terjadi materi yang
dipelajarai akan cepat usang. Dengan demikian guru dituntut untuk menggunakan
sumber lain yang dapat menyajikan informasi terbaru, misalnya menggunakan
jurnal yang menyajikan berbagai pengetahuan mutakhir, majalah, koran dan sumber
informasi elektronik, misalnya dengan menggunakan dan memamfaatkan internet dan
lain sebaginya.
·
Kemajuan
teknologi informasi memungkinkan materi pelajaran bukan hanya disimpan dalam
buku teks saja, akan tetapi bisa disimpan dalam berbagai bentuk teknoligi yang
lebih efektif dan efisien. Misalnya dalam bentuk CD, kaset, dll. Dalam bentuk
semacamini materi pelajaran akan lebih menarik untuk dipelajari sebab dengan berbagai
bentuk animasi, maka materi pelajaran akan lebih jelas dan kongkret. Sesuatu
yang tidak mungkin disajikan dalam buku cetak karena keterbatasannya, maka
dalam bentuk media elektronik akan dapat disajikan.
·
Tuntutan
kurikulum seperti pada kurikulum satuan pendidikan (KTSP), menuntut siswa agar
tidak hanya sekedar menguasai informasi teoritis, akan tetapi bagaimana teori
tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan daerah dan lingkungan
dimana siswa tersebut tinggal. Dengan demikian kehidupan masyarakat nyata
mestinya dijadikan sebagai salah satu bahan pelajaran.[8]
Dari alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semestinya ketiga
alasan diatas dapat membuka wawasan bagi seorang guru bahwa ternyata banyak
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk membelajarkan siswa, selain buku teks yang
secara masal. Guru yang hanya mengandalkan buku teks sebagai sumber materi
pelajaran cenderung pengelolaan pembelajaran hanya menyajikan materi pelajaran
yang belum tentu berguna untuk kehidupan siswa.
Sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses
pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.
Tempat
atau Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang sangat kaya sesuai dengan
tuntutan kurikulum. Ada dua bentuk lingkungan belajar, yaitu:
Lingkungan
pertama atau tempat yang sengaja didesain untuk belajar siswa, seperti
laboratorium, perpustakaan, ruang internet, dan lain sebagainya. Lingkungan
semacam ini dikenal dengan lingkungan by design. Karena tempat semacam ini
dirancang untuk proses pembelajaran. Lingkungan kedua lingkungan yang tidak
didesin untuk proses pembelajran akan tetapi keberadaannya dapat dimanfaatkan ,
misalnya halaman sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, dll. Lingkungan
ini dikenal dengan lingkungan yang bersifat by utilization.[9] Pendayagunaan
lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara,
yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, dan dengan cara membawa
siswa ke masyarakat.[10]
b.
Orang
atau Narasumber
Pengetahuan itu tidak statis, akan tetapi bersifat dinamis, yang
terus berkembang sangat cepat. Kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks
tidak sesuai perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir. Misalnya peraturan
perundang-undangan baru tentang sesuatu, penemuan-penemuan-penemuan baru dalam
berbagai ilmu pengetahuan mutakhir,seperti munculnya berbagai penyakit seperti
flu burung, sapi gila, demam berdarah, dll. Serta berbagai jenis rekayasa
genetik seperti munculnya berbagai fenomena alam, dan lain sebagainya, yang semuanya itu tidak
mungkin di pahami oleh semua guru. maka untuk mempelajari konsep baru semacam
ini guru dapat menggunakan orang yang lebih menguasai persoalan tersebut
misalnya dengan mengundang dokter, polisi, dan sebagainya sebagai sumber bahan
pelajaran.[11]
c.
Objek
Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang
akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu.
Mempelajari bahan pelajaran dari benda yang sebenarnya bukan hanya dapat
menghindari kesalahan persepsi tentang isi pelajaran, akan tetapi juga dapat
membuat pelajaran lebih akurat dan motivasi belajar siswa akan lebih baik.[12]
d.
Bahan
cetak atau non cetak
Ada tiga jenis bahan cetak dan non cetak yang dapat dijadikan
sebagai sumber belajar siswa diantaranya adalah:
§ Bahan yang dapat dijadikan sebagi sumber belajar utama untuk setiap
individu. Pada bentuk ini bahan pelajaran disusun sedemikian rupasehingga siswa
dapat belajar secara individual, misalnya bahan cetak seperti modul atau
pelajaran berprograma.
§ Bahna cetak yang disusun sebagi bahan penunjang, dan dirancang buka
sebagai bahan pelajaran individu. Artinya bahan pembelajaran dari buku cetak
ini masih memerlukan guru atau instruktur secara langsung. Yang termasuk bahan
jenis ini adalah buku paket, diklat, hand-out, dll
§ Bahan yang tidak dirancang khusus untuk pembelajaran , tidak dapat
dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi siswa dalam
mempelajari sesuatu. Bahan yang demikian biasanya berisi tentang gagasan dan
ide-ide pengarang secara bebas, atau berisi tentang hasil-hasil penelitian
mutakhir dalam satu bidang kajian tertentu. Yang termasuk dalam jenis ini
adalah berbagai buku populer atau jurnal ilmiah.[13]
C.
Pengemasan Materi Pembelajaran
1.
Prinsip
Pengemasan
Materi pembelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang ingin kita
sampaikan pada anak didik untuk di kuasai. Pesan adalah informasi yang akan
disampaikan baik berupa ide, data/fakta, konsep dan lain sebagainya, yang dapat
berupa kalimat, tulisan, gambar, peta atapun tanda. Pesan dapat disampaikan
melalui bahasa verbal atau non verbal. Pesan yang disampaikan perlu dipahami
oleh siswa, sebab manakala tidak dipahami maka pesan tidak akan terjadi
informasi yang bermakna. Adakala satu pesan tidak diperoleh penerima pesan
(siswa) atau tidak sesuai dengan maksud
pengirim pesan (guru). Hal ini perlu di waspadai oleh sebab salah pengertian
dalam menerima pesan bisa di pengaruhi oleh keadaan individu yang menerima
pesan itu sendiri.[14]
Ada sejumlah kriteria yang harus diperhatikan agar pesan dapat
menarik untuk diketahui oleh siswa atau pembelajar, diantaranya adalah:
a)
Novelty
(sesuatu yang baru), dalam penerimaan pesan melalui audio visual seperti video,
pendengar atau pemirsa akan tertarik apabila yang disajikan sesuatu yang baru. [15] Pesan
yang usang atau yang sebenarnya sudah diketahui siswa akan mempengaruhi tingkat
motivasi dan perhatian siswa dalam mempelajari bahan pelajaran.
b)
Proximity,
artinya dalam penerimaan pesan audio visual seperti televisi, pendengar atau
pemirsa akan lebih tertarik apabilayang disajikan suatu peristiwa yang dekat
secara fisik dengan pengalamannya.[16]
Dalam konteks pembelajaran maka pesan harus berupa perisitwa yang dekat dengan
pengalaman siswa. Pesan yang disajikan jauh dari pengalaman siswa cenderung
kurang diperhatikan.
c)
Conflict,
artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga
menggugah emosi.[17]
d)
Humor,
artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas sehingga menampilkan kesa
lucu. Pesan yang dikemas dengan lucu cenderung menarik perhatian.[18]
e)
Keindahan,
menyenangi keindahan dan kecantikan adalah salah satu sifat manusia.[19] Praktek
mengajar yang memperhatikan estetika mengajar akan digemari oleh siswa.
Pengemasan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara
yakni pengemasan secara visual dan pengemasan dalam bentuk cetakan. Beberapa
pertimbangan teknis dalam mengemas materi pembelajaran menjadi bahan belajar
diantaranya adalah:
a.
Kesesuaian
dengan tujuan yang hendak dicapai
b.
Kesederhanaan
c.
Unsur-unsur
desain pesan
d.
Pengorganisasian
bahan
e.
Petunjuk
cara penggunaan.
2.
Bentuk-bentuk
Pengemasan
Meteri pelajaran yang harus dipahami siswa dapat dikemas dalam
berbagai bentuk, antara lain:
a.
Materi
Pelajaran Terprogram
Materi pelajaran terprogram adalah salah satu bentuk penyajian
meteri pembelajaran individual, sehingga materi pembelajaran dikemas untuk
dapat dipelajari secara mndiri. Terdapat beberapa ciri dari materi pembelajaran
terprogram:
1)
Materi
pelajaran disajikan dalam bentuk unit atau bagian kecil.
2)
Menuntut
aktifitas siswa
3)
Mengetahui
dengan segera setiap selesai mempelajari materi pelajaran
Materi terprogram bisa dikemas dalam bentuk tercetak dan bisa dalam
bentuk non-tercetak seperti dalam bentuk video.
b.
Materi
pelajaran melalui modul
Modul adalah satu kesatuan program yang lengkap, sehingga dapat
dipelajari oleh siswa secara individual. Materi pelajaran yang dikemas dalam
bentuk modul memungkinkan siswa dapat belajar lebih cepat atau lebih lambat
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dalam modul ini minimal berisi
tentang:
§ Tujuan yang harus dicapai
§ Petunjuk penggunaan
§ Kegiatan belajar
§ Rangkuman materi
§ Tugas dan latihan
§ Sumber bacaan
§ Item-item tes
§ Kriteria keberhasilan
§ Kunci jawaban
c.
Materi
Pelajaran Kompilasi
Kompilasi adalah bahan belajar yang disusun dengan mengambil bagian
bagian yang dianggap perlu dari berbagai sumber belajar dan menggabungkannya
menjadi satu kesatuan yang menjadi bahan kompilasi biasanya berasal dari buku buku
teks yang dianggap langka sehingga sulit didapatkan oleh para siswa.
Agar penyusunannya sistematis, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, antara lain:
a)
Tentukan
tujuan yang harus dicapai oleh pengemasan materi pelajaran melalui sistem
kompilasi.
b)
Kemukakan
secara ringkas tentang bahan-bahan yang dikompilasikan.
c)
Jelaskan
petunjuk dalam mempelajari bahan kompilasi.
d)
Buatlah
alat tes untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mempelajari kompilasi.
e)
Antara
satu bahan yang diambil dari satu sumber dan sumber lainnya diberi penyeka.
D.
Desain Materi Pelajaran Dengan Peta Konsep ( Concept Map)
Desain materi Pelajaran dengan menggunakan peta konsep ini
merupakan teknik alternatif dalam mengorganisasi materi (content). Peta konsep
(Concept Map) memiliki karakterisitik: pertama, hanya memiliki konsep-konsep
atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama), kedua, memiliki hubungan yang
mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain. ketiga, memiliki label
yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep. keempat,
desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk
representasi konsep-konsep atau materi-materi perkuliahan.[20]
Langkah-langkah guna mendesain materi dengan peta konsep[21]
yaitu sebagai berikut: Langkah pertama, melakukan Brainstorming atau curah gagasan.
Dosen/ guru berusaha menuangkan segala topik atau konsep yang berkaitan dengan materi
mata kuliah. Misalnya ketika melakukan Brainstorming atau curah gagasan untuk mata
kuliah Teologi Islam, Dosen/ guru mencurahkan semaksimal mungkin segala konsep,
ide, topik terkait, seputar
aliran-aliran dalam Teologi Islam berikut:
1.
Sunni
2.
Khawarij
3.
Shi’ah
4.
Murjiah,
5.
Mu’tazilah,
6.
Al-Ash’ariyah
7.
Shi’ah
Ismailiyah
8.
Al-Kasb
9.
Al-Qadariyah
10.
Al-Jabariyah
11.
Al-Muhakimah
12.
Al-Shi’ah
Ithna ‘Asyariyah
13.
Al-Najdatal-Sufriyah
14.
Al-Ibadiyah
15.
Al-Maturidiyah
16.
Waqifiyah
(Khawarij Basrah)
17.
Ahlu
Al-Sunnah Wa Al-Jama’ah
18.
Kalam
Tuhan (Al-Qur’an)
19.
Perbuatan
Manusia.
Langkah kedua, setelah melakukan Brainstorming atau curah gagasan,
Dosen /guru menyeleksi konsep-konsep atau topik-topik dari 19 topik menjadi
sekitar 8 sampai 10 topik. Sebagai hasil seleksi konsep yang lebih besar,
umpamanya dapat disebut sebagai berikut:
1.
Khawarij
2.
Murjiah,
3.
Mu’tazilah,
4.
Al-Ash’ariyah
5.
Al-Maturidiyah
6.
Ahlu
Al-Sunnah Wa Al-Jama’ah
7.
Jabariyah
8.
Qadariyah
9.
Perbuatan
Manusia
10. Kalam Tuhan
Langkah ketiga, penulisan
konsep-konsep mayor /pokok pada kertas/kartu kecil. Langkah keempat, pembuatan
gambar: visualisasi konsep-konsep mayor/pokok atau membuat peta konsep-konsep.
Langkah kelima, pemberian garis panah antara konsep-konsep. langkah keenam,
penamaan tanda panah diatas/ bawah garis panah. Dosen/guru mutlak memberi makna
pada garis penghubung atau satu label di atas tanda panah. Label menjadi penjelas sifat hubungan antara
satu konsep dengan konsep yang lain. Setelah semua garis panah memiliki label,
maka sebuah peta konsep dinyatakan telah jadi sebagai draft permulaan.
Evaluasi Peta Konsep (Concept Map)
Untuk mengevaluasi diagram atau peta konsep (Concept Map) tidak
dilihat dari bentuknya (bulat, kotak, hirarki, dll), tetapi evaluasi lebih
ditekankan:
1.
Konsep-konsep
pokok/utama/mayor, yaitu ide sentral mata kuliah yang tampak dalam peta konsep.
2.
Hubungan
yang jelas antara satu konsep dengan konsep yang lain, dan
3.
Makna
hubungan yang jelas bila satu ide dihubungkan dengan ide yang lain.[22]
Pada proses self-evaluation terhadap concept map yang dibuat
seorang dosen, dapat juga diajukan sejumlah pertanyaan kepada diri sndiri
dengan butir-butir pertanyaan dibawah ini:[23]
1.
Apakah
konsep-konsep tersebut relatif abstrak?
2.
Apa
nama(bunyi) hubungan antara konsep x dengan y?
3.
Apa
yang teradi jika anda,
4.
Memindahkan
konsep x ke tempat lain?
5.
Anda
memindahkan konsep y ke tempat lain?
6.
Anda
mengubah arah hubungan tersebut?
7.
Apakah
concept map itu sudah merefleksikan konsep-konsep yang paling
penting/pokok/mayor dari mata kuliah anda?
8.
Apakah
peta konsep itu jelas?
9.
Apakah
semua konsep sudah saling menunjukkan hubungannya secara natural?
10. Apakah bentuk (gambar) peta konsep ini yang terbaik?
Untuk mendapatkan umpan baik atau feedback terhadap konsep
map mata kuliah, seorang dosen sebaiknya mencoba menyajikannya dalam suasana
bebas resiko (free risk environment) kepada satu-dua orang yang relatif
awam tentang mata kuliah itu. kemudian, kepada kolega yang berada dalam satu
jurusan atau fakultas yang sama dan lantas kepada kolega yang berada dalam satu
rumpun disiplin ilmu pengetahuan. pastikan bahwa seorang dosen mendapatkan
feedback, kritik, dan saran dari mereka. sebagai ciri khas peta konsep yang
bagus adalah:
1.
Peta
konsep dapat berbicara dengan sendirinya.
2.
Orang
awam mudah memahami secara menyeluruh pikiran-pikiran yang ada dalam gambar.[24]
Seorang dosen menyempurnakan desain concept map mata kuliahnya
menjadi draf 2, draf, 3, draf 4, dan seterusnya sampai ia sendiri dan
mahasiswanya merasa puas dengan concept map-nya itu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Materi
pelajaran merupakan segala sesuatu berupa penjabaran yang lebih konkret dari
kurikulum dalam bentuk materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sesuai
dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam setiap satuan pendidikan
tertentu.
2.
Materi
pelajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), dan sikap (attitude).
3.
Materi
pelajaran dapat diperoleh dari pelbagai sumber yang tidak terbatas, bisa
berasal dari lingkungan sekitar, orang/narasumber, objek, bahan cetak dan non
cetak.
4.
bentuk
pengemasan materi dapat disajikan dalam tiga bentuk: bentuk materi pelajaran
terprogram, bentuk materi pelajaran melalui modul, dan materi pelajaran
kompilasi.
5.
Desain
materi dengan concept map dapat menjadi alternatif dalam menyusun materi
pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini,
Hisyam, Dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Center
For Teaching Staff Development (CTSD), 2002.
Sanjaya,
Wina, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, cet. ke-3. Jakarta: Kencana, 2010.
Zaini,
Muhammad, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,
Yogyakarta: Teras, 2009.
B Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, cet. ke-2, Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2007.
Hamalik, Oemar, Kurikulum
dan Pembelajaran, cet. ke-6, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/desain-materi-pembelajaran.html. Diakses Hari Senin Tanggal 13/05/2013 Jam 11.35 wib.
[1] Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke-3. hlm.
141
[2] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum
Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.
84.
[3] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran, ibid., hlm. 142
[4] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum......,ibid.,
[5]
Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain........., ibid.,
[6] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum......,ibid., hlm.
84-85
[7] Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain.........,ibid., hlm. 146.
[8] Ibid.,
[9] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain.........,ibid., hlm.
147-149
[10] Oemar Hamalik,
Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. ke-6.
hlm. 100
[11]
Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain.........,ibid.,
[12] Ibid.,
[13] Ibid.,
hlm. 147-149.
[14] Wina Sanjaya, Perencanaan dan
Desain........., ibid.
[15] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,
(Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007), cet. ke-2,
hlm. 53
[16] Ibid.,
[17] Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain........., ibid.,
[18] Ibid.,
[19] Hamzah B. Uno,
Perencanaan Pembelajaran, ibid.,hlm. 53.
[20] Hisyam Zaini Dkk, Desain Pembelajaran di
Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Center For Teaching Staff Development
(CTSD), 2002 ) hlm. 19
[21] Ibid., hlm. 26-27
[24] Ibid.,
No comments:
Post a Comment