“Demi masa, manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman
dan beramal shalih, saling menasihati dalam Haq (kebenaran) dan kesabaran” .Ya
rob....Baru ku sadari, bahwa era ini tidaklah lebih baik dari era sebelumnya,
katakanlah di era penjajahan secara fisik, dimana bangsa Indonesia tertindas
oleh kolonial beratus-ratus tahun lamanya sejak Belanda Inggris dan Jepang. Kini,
Era yang menurut hemat saya semakin bertambah tidak jelas arah. Sebab semua
orang atas dasar kebebasan telah melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa
memperdulikan lagi batasan-batasan norma. Bahkan ironis, ketika nilai Agama
juga sudah tidak lagi menjadi jalan hidup. Sungguh berat sekali rasanya menjaga
Iman di era kebebasan ini. Mirip era syahwat dimana semua orang berlomba-lomba
mencari keuntungan secara besar-besaran dengan pelbagai cara apapun. Syahwat
korupsi telah menjebak para politisi kita kedalam praktek yang tidak fair. Syahwat
kekuasaan telah menutup visi untuk mensejahterakan bangsa, sebab hanya kepentingan
politik golongan saja lah yang sebenarnya lebih diprioritaskan. Syahwat kebinatangan
telah menjebak generasi muda kedalam jurang pergulan bebas, free sex, narkoba,
krisis multidimensi, hedonisme, kesempitan pikir, acuh tak acuh. Sungguh sangat
membahayakan bagi masa depan umat manusia mana kala semua hal diatas terjadi di
era ini.
Disi lain, banyak terjadi pendangkalan Iman. sebagian orang terjebak pada propaganda persatuan dan kesatuan umat namun atas nama Agama tanpa menyelidiki apakah Islam membernarkan penyatuan agama? toleransi dalam Islam bukanlah dalam bentuk pembenaran Agama2. Sebab Islam Adalah Agama yang di bawa Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW bagi umatnya sebagai satu-satunya way of life (jalan hidup umat Islam) yang harus diyakini kebenarannya. amal shalih yang tidak dilandasi Iman kepada Allah juga tidak dibenarkan dalam Islam, sehingga, apapun perbuatan baik berupa kepedulian sosial, jalinan kasih sayang, yang hanya berlandaskan moral semata tidak ada Iman di dalamnya, maka ini sia sia belaka. Sebab pada hakikatnya dalam Islam, amal perbuatan adalah bentuk nyata dari konsekuensi iman, sehingga amal shalih apapun bentuknya harus ada Iman sbg landasannya sehingga tujuan amal semata-mata hanya untuk keridhaan allah SWT, bukan untuk moral semata.
Iman kaum mukmin di era syahwat ini sungguh sangat di uji. Tentu ujian
yang tidak lebih mudah dibanding ujian para mujahid di masa Rasulullah shallallahu
alaihi wa alihi wa sallam. Dimana ada sebagian yang lemah imannya merasakan
berat untuk ikut terjun di medan Jihad (perang melawan kaum kafir/musyrik). Ujian
keimanan di era sekarang ini sungguh multidimensi, dimana segala sisi kehidupan
umat manusia sudah diliputi segala kebobrokan moral, penipuan, syahwat, kesenjangan
sosial, keserakahan. Iman tidak bisa dibeli di supermarket, sebab iman
merupakan dimensi metafisik yang hanya mampu didapatkan oleh mereka yang tulus
ikhlas menyembah Allah swt selama hidupnya. Konsekuensi dari pengakuan Iman
tidak pernah mengizinkan atas segala penyimpangan dan dua hal yang berbeda
antara kebaikan dan keburukan. Iman menghendaki pemiliknya untuk selalu memegang
janji keimanannya dan selalu berpegang teguh terhadap pengakuan keimanannya. Karena
itulah pengakuan iman ini sangat tidak mudah untuk dijaga dan dilakukan.
Hanya mereka yang kembali kepada Nilai Agama dan mengamalkanya selama
hidupnya lah yang insya Allah selamat dari segala fitnah era Dajjal ini. Semoga
kita kaum muslimin diselamatkan dari fitnah Dajjal yang sudah menyebar disegala
lini kehidupan kita saat ini. Marilah kita senantiasa menjaga iman kita hingga
akhir hayat kita. Allah Swt tidak menyia-nyiakan keimanan kita di akhirat nanti. Di
hari penghakiman dimana siapa yang menipu akan mendapatkan balasan, siapa
selalu hidup lurus akan mendapatkan surga dan sebaliknya yang tidak lurus akan mendapatkan api
membara di neraka, na’uduzbillah min dzalik. Biarlah kita dianggap menjadi
orang yang aneh dan asing karena sikap kita yang lurus di jalan Allah, daripada menggadaikan Iman kita demi secuil keinginan dunia yang tidak abadi. Sebab
apa yang kita harapkan bukanlah
kebahagiaan dunia saja, namun masa depan di hari keabadian yaitu akhirat. Di akhir
zaman nanti, hamba yang shalih akan dianggap asing oleh kaumnya. Betapa ini
gambaran tentang parahnya situasi saat itu. Namun sebagai hamba yang shalih,
tidaklah peduli akan anggapan orang jika apa yang dia lakukan adalah jalan
menuju keridhaan Allah. Dibanding harus celaka dan mendapatkan murka Allah swt.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment