GRAMMAR
TRANSLATION METHOD
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran bahasa membutuhkan metode, dan metode akan
mengikuti asumsi yang ada pada diri pendidik atau guru dalam memandang bahasa,
sehingga pemilihan metode yang tepat sangat diperlukan untuk mempermudah proses
pengajaran bahasa tersebut.
Salah satu metode yang tidak asing lagi bagi dunia pembelajaran
bahasa asing khususnya bahasa arab, yaitu metode gramatika-tarjamah. Metode ini
muncul paling awal sehingga ada sebagian pendapat yang menamai metode ini
dengan metode klasik atau tradisional. Keberadaan metode ini sangat
mempengaruhi perkembangan dunia pengajaran bahasa, khususnya bahasa Arab. Kalau
kita melihat bagaimana pengajaran bahasa Arab di dunia pesantren salaf
misalnya, disana sangat terpengaruh oleh metode gramatika-tarjamah ini. Kondisi
ini dirasa cocok dengan tujuan-tujuan pembelajaran bahasa yang diharapkan oleh
pesantren sehingga akan terus dipertahankan hingga saat ini.
Untuk penjelasan lebih detail, penulis akan mencoba memaparkan
beberapa hal mendasar terkait metode ini antara lain, asal-usul metode grammar
translation method, karakteristiknya, serta contoh dalam proses pengajaran
bahasa arab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Grammar-translation
Method (Metode Gramatika-Tarjamah)
Asal usul metode ini dalam sejarahnya dapat
kita pahami berawal dari abad pertengahan (abad ke-15) ketika banyak sekolah
dan universitas di Eropa mengharuskan siswanya mempelajari bahasa Latin yang dianggap mempunyai “nilai pendidikan yang tinggi guna mempelajari teks-teks klasik. Ahmah Fuad Effendy mengutip pendapat
para pakar dalam bukunya menyebutkan, bahwa cikal bakal metode ini dapat
dirujuk pada abad kebangkitan Eropa ( abad 15) ketika banyak sekolah dan
universitas di Eropa pada waktu itu mengharuskan pelajar/mahasiswa belajar
bahasa latin karena dianggap mempunyai “nilai pendidikan tinggi” guna
memperoleh teks-teks klasik. (al-araby, 1981).[1]
Metode ini merupakan pencerminan yang tepat
dari cara bahasa-bahasa Yunani kuno dan Latin yang diajarkan selama
berabad-abad (Subyakto, 1993). Akan tetapi penamaan metode klasik ini dengan “Grammar
Translation Method” baru dikenal pada abad 19, ketika metode ini digunakan
secara luas di benua Eropa (Brown, 2001).[2] A.g Bambang mengatakan, :” The Grammar translation method (GTM)
was widely used in the USA in 1890’s, it was also called The Classical Method
since it was first used in the teaching of classical languages, latin and Greek[3]
( Metode Gramatika-tarjamah secara luas telah digunakan di Amerika tahun 1890,
metode ini juga disebut dengan “Metode Klasik” sejak pertama digunakan dalam
pengajaran bahasa-bahasa klasikal)”. Metode ini banyak diterapkan untuk
pengajaran bahasa arab, baik di negeri-negeri Arab maupun di negeri-negeri
Islam lainnya, termasuk Indonesia, metode ini masih digunakan sampai hari ini
di pondok-pondok pesantren yang lazim disebut dengan pesantren salafi.
B.
Pengertian Grammar-Translation Method (Metode Gramatika-Tarjamah)
Metode Gramatika-Tarjamah ini merupakan metode tertua dalam
pembelajaran bahasa asing sehingga disebut sebagai metode tradisional.[4] Metode
ini berdasarkan Asumsi Bahwa ada satu logika semesta yang merupakan dasar semua
bahasa di dunia ini, dan bahwa tata bahasa merupakan bagian dari filsafat dan
logika.[5] Belajar
bahasa dengan demikian dapat memperkuat kemampuan berpikir logis, memecahkan
masalah dan menghafal.[6] Untuk
melihat titik kesamaan itu, perlu dilakukan kajian tata bahasa asing yang
dipelajari, dan untuk melihat pokok pikiran yang terkandung oleh tulisan bahasa
asing yang dipelajari, perlu diadakan kegiatan transformasi (terjemahan) kosa
kata dan kalimat dalam bahasa asing yang dipelajari ke dalam kosa kata/kalimat
dalam bahasa pelajar sehari-hari. Jadi inti kegiatan belajar bahasa asing
adalah menganalisa tata bahasa, menulis kalimat, dan menghafalkan kosakata
sebagai dasar transformasinya ke dalam bahasa yang digunakan sehari-hari.[7]
Metode Gramatika dan terjemah melihat bahasa secara preskriptif
(ketentuan), dengan demikian kebenaran bahasa berpedoman pada petunjuk
tertulis, yaitu aturan-aturan gramatikal yang tertulis oleh ahli bahasa, bahkan
menurut ukuran guru. Ba’labaki (1990: 216) menjelaskan bahwa dasar pokok metode
ini adalah hafalan kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu terjemahnya
ke dalam bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran. Sedangkan perhatian
terhadap kemampuan berbicara sangat kecil.[8]
Ini berarti bahwa titik tekan metode ini bukan melatih para pelajar agar pandai
berkomunikasi secara aktif, melainkan memahami bahasa secara logis yang
didasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah tata bahasa. Senada
dengan Ba’albaki, A.g Bambang mengatakan: “Language learners are not
expected to be able to use the target language for communication. no class
times is allocated to allow language learners to produce their own sentences
and little time is spent on oral practice [9]
(para pembelajar bahasa tidak diharapkan mampu menggunakan bahasa target untuk
komunikasi. Tidak ada alokasi waktu dalam kelas yang mengizinkan para
pembelajar bahasa memproduksi kalimat mereka sendiri dan sedikit waktu yang
digunakan untuk praktek oral). Tujuan metode ini menurut Al-Naqah (2010) adalah
agar para pelajar pandai dalam menghafal dan memahami tata bahasa,
mengungkapkan ide-ide dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke
dalam bahasa asing yang dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami
teks bahasa asing dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau
sebaliknya.[10]
Bambang Setiyadi mengatakan “The fundamental purpose people
learned a foreign language was to be able to read literature that was written
in the foreign language so that the students were provided with exercise to
read and write in the foreign language”[11]
(tujuan mendasar seseorang belajar bahasa asing adalah agar mampu membaca
literatur yang ditulis dengan bahasa asing, sehingga para siswa diberikan
banyak latihan membaca dan menulis dalam bahasa asing).
Berdasarkan pernyataan tersebut ada dua aspek penting dalam metode
kaidah dan terjemah; pertama, kemampuan menguasai kaidah tata bahasa; dan
kedua, kemampuan menerjemahkan. Dua kemampuan ini adalah modal dasar untuk
mentransfer ide atau pikiran ke dalam tulisan dalam bahasa asing (mengarang),
dan modal dasar untuk memahami ide atau pikiran yang dikandung tulisan dalam
bahasa asing yang dipelajari (membaca pemahaman).
C.
Karakteristik Grammar-translation Method (Metode Gramatika-Tarjamah)
Metode ini pada tataran praktisnya memiliki ciri-ciri yang berbeda
dengan sejumlah metode yang akan datang berikutnya. Ciri-cirinya antara lain
sebagai berikut: Pertama, siswa mempelajari kaidah-kaidah Nahwu
(tatabahasa) dan daftar kosakata dwibahasa yang berkaitan erat dengan bahasa
bacaan pada pelajaran yang bersangkutan. Tata bahasa dipelajari secara deduktif
dengan bantuan penjelasan-penjelasan yang panjang serta terperinci. Segala
kaidah dipelajari dengan pengecualian dan ketidakbiasaan dimana dijelaskan
dengan istilah-istilah gramatikal atau ketatabahasaan. Kedua, Setelah
kaidah-kaidah dan kosakata dipelajari, maka petuntuk-petunjuk bagi penerjemahan
latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan pun
diberikan. ketiga, Pemahaman akan kaidah-kaidah dan bahasa bacaan pun
diuji melalui terjemahan. Para siswa dikatakan telah dapat mempelajari bahasa
tersebut kalau mereka dapat menerjemahkan paragraf-paragraf atau bagian-bagian
prosa dengan baik.
keempat, Bahasa
asli/bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan pembelajaran
adalah untuk mengalihkan bahasa sasaran (B1) ke bahasa ibu (B2) dan sebaliknya,
dengan menggunakan kamus jika diperlukan. kelima, Memang sedikit kesempatan
untuk praktek/latihan menyimak dan berbicara selama penggunakan metode ini,
karena lebih memusatkan perhatian pada latihan-latihan membaca dan terjemahan.
Kebanyakan waktu dikelas digunakan untuk membicarakan mengenai bahasa, dan
sedikit waktu yang tersedia untuk menggunakan (berbicara di dalam dan dengan)
bahasa yang dipelajari. (omaggio 1986, tarigan 1988).[12]
Karakterisitik lain dalam penggunaan Grammar-translation Method (metode
Gramatika-tarjamah) yaitu Seperti yang dijelaskan Bisri Mustofa mengutip
pendapat Jack C. Richards dan Theodore S Rodgers (1986), sebagai berikut[13]:
a.
Tujuan
telaah bahasa asing adalah mempelajari sesuatu bahasa agar dapat membaca
susastranya atau agar dapat menarik keuntungan dari disiplin mental dan
perkembangan inteletual yang timbul dari telaah bahasa asing itu. Terjemaahan
tatabahasa adalah suatu cara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut
pertama-tama melalui kaidah-kaidah tata bahasanya secara terperinci, diikuti
oleh penerapan pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan
teks-teks ke dalam dan dari bahasa sasaran. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa dipandang sebagai yang terdiri upaya yang melebihi serta memanipulasi
morfologi dan sintaksis bahasa asing tersebut. Bahasa pertama diperlukan
sebagai sistem acuan dalam pemerolehan bahasa kedua (stern, 1987).
b.
Membaca
dan menulis merupakan fokus utama atau sasaran pokok, bahkan sering tidak ada
perhatian sistemik pada belajar berbicara dan menyimak.
c.
Pemilihan
kosakata semata-mata didasarkan pada teks-teks bacaan yang digunakan, dan
kata-kata yang diajarkan melalui daftar-daftar kata dwibahasa, telaah kamus dan
hafalan. Dalam teks terjemahan tata bahasa yang khas, kaidah-kaidah tata bahasa
pun disajikan dan diilustrasikan, suatu daftar butir-butir kosakata disajikan
dengan padanan-padanan terjemahannya, dan latihan-latihan terjemahan
ditetapkan.
d.
Kalimat
merupakan unit dasar pengajaran, dan praktek/latihan bahasa. Kebanyakan dari
jam pelajarana diperuntukan bagi penerjemahan kalimat-kalimat ke dalam bahasa
sasaran dan fokus terhadap kalimat inilah yang merupakan ciri khusus metode
ini.
e.
Kecermatan
dan ketepatan sangat ditekankan kepada siswa dengan harapan dapat mencapai
norma-norma atau standar yang tinggi dalam terjemahan, karena prioritas utama
yang diberikan pada norma-norma ketepatan dan kecermatan yang tinggi merupakan
prasyarat bagi kelulusan sejumlah besar ujian tulis formal yang berkembang
selama abad ini.
f.
Tata
bahasa diajarkan secara deduktif, dengan penyajian dan pengkajian kaidah-kaidah
tata bahasa, yang kemudian dipraktekkan melalui latihan-latihan terjemahan.
Dalam kebanyakan teks terjemahan tatabahasa, suatu silabus diikuti dengan baik
demi pengurutan butir-butir tata bahasa diseluruh teks, dan ada upaya untuk
mengajarkan tata bahasa dengan dan dalam suatu cara yang tersusun rapi dan
sistemik.
g.
Bahasa
asli/ibu merupakan media pengajaran. Bahasa tersebut dipakai untuk menjelaskan
butir-butir atau hal baru dan untuk
memudahkan pembuatan perbandingan antara bahasa asing dan bahasa ibu siswa.
Suwarna membuat rangkuman tentang gambaran Grammar-Translation
Methode (GMT) sebagai berikut[14]:
a.
Tujuan:
Metode tata bahasa-terjemah bertujuan agar siswa dapat membaca
literatur di dalam bahasa target, mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa,
kosakata, dan mengembangkan aktivitas mental.
b.
Peran:
Guru memiliki otoritas, siswa mengikuti instruksi untuk mempelajari
apa yang diketahui guru.
c.
Proses
belajar mengajar:
Siswa belajar dengan cara menerjemah dari bahasa satu ke bahasa
lain, menerjemahkan pesan pengajaran ke dalam bahasa target kepada penutur
asli. Tata bahasa yang berupa kaidah-kaidah kebahasaan dan contoh-contoh pada
umumnya dipelajari secara deduktif. Siswa meresapi kaidah-kaidah tersebut,
kemudian menerapkannya pada contoh-contoh lain. Mereka mempelajari paradigma
seperti konjugasi kata kerja bahasa asli melalui kosakata.
d.
Interaksi:
Sebagian besar interaksi berupa interaksi guru ke siswa, dan
interaksi atas inisiatif siswa. Interaksi antar siswa relatif sedikit.
e.
Pandangan
tentang bahasa-budaya:
Bahasa sastra dipandang superior untuk bahasa lisan, aspek budaya
dianggap sama dengan sastra dan seni.
f.
Aspek-aspek
bahasa:
Kosakata dan tata bahasa sangat ditekankan. Membaca dan menulis
merupakan keterampilan utama. Berbicara dan mendengarkan tidak ditekankan.
g.
Peranan
B1:
B1 memberikan kunci terhadap makna dalam bahasa target, B1
digunakan didalam kelas secara bebas.
h.
Alat
evaluasi:
Tes berupa penerjemahan dari b1 ke bahasa target dan bahasa target
ke B1, penerapan kaidah tata bahasa dan menjawab pertanyaan tentang budaya
bahasa target.
i.
Respon
terhadap kesalahan:
Tekanan utama pada pembetulan kesalahn. Guru membetulkan ketika
jawaban siswa salah.
D.
Contoh Praktek Pengajaran
Pertama: mengulang materi
mufradat. Siswa mencatat mufradat baru pada waktu guru membacakan terjemahan
bahasa asli (Arab).
Kedua: Guru menyuruh sebagian siswa
membaca bacaan dalam buku dengan keras. Setelah itu guru membacakan beberapa
kalimat kemudian memberi kesempatan kepada siswa mengulangi bacaan dalam hati.
Ketiga: Para siswa
menerjemah kalimat-kalimat dalam bacaan ke dalam bahasa terjemah. Bila dibutuhkan,
guru membantu siswa yang menemui kesulitan.
Keempat: Kemudian guru memulai inti pelajaran dengan penjelasan
nahwu (tata bahasa). Kaidah-kaidah diterangkan secara rinci dalam bahasa
aslinya (Arab). Para siswa mencatat kaidah-kaidah lengkap dengan penjelasannya,
contoh-contohnya serta pengecualiannya dalam buku mereka.
Kelima: Pada akhir pelajaran, waktu digunakan untuk mengerjakan
tugas tertulis yang ada kaitannya dengan nahwu dari bahasa Arab ke bahasa
terjemahan. Siswa yang belum selesai mengerjakan disuruh menyelesaikan di
rumah, dan juga diberi tugas menghafalkan mufradat baru yang berkaitan dengan
pelajaran berikutnya.[15]
E.
Kekuatan dan
Kelemahan
Didalam setiap metode pembelajaran tidak luput dari adanya beberapa
ciri yang menjadi keunggulan masing-masing metode dan sekaligus ada sisi-sisi
lemah yang juga terdapat pada masing-masing metode tersebut. Berikut ini
beberapa kekuatan dan kelemahan dalam metode gramatika-tarjamah yaitu:
·
Kekuatan:
a.
Pelajar
menguasahi dalam arti hafal di luar kepala kaidah-kaidah tatabahasa BT.
b.
Pelajar
memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajari dan mampu menerjemahkannya.
c.
Pelajar
mampu memahami karakteristik BT dan banyak hal lain yang bersifat teoritis, dan
dapat membandingkannya dengan karakterisitk bahasa ibu.
d.
Metode
ini memperkuat kemmapuan pelajar dalam mengingat dan menghafal.
e.
Bisa
dilaksanakan dalam kelas besar dan tidak menuntut kemapuan guru yang ideal.
·
Kelemahan:
a.
Metode
ini lebih banyak mengajarkan “tentang bahasa” bukan mengajarkan “kemahiran
berbahasa”.
b.
Metode
ini hanya mengajarkan kemahiran membaca, sedang tiga kemahiran yang lain
(menyimak, berbicara, menulis) diabaikan.
c.
Terjemahan
harfiah sering mengacaukan makna kalimat dalam konteks yang luas, dan hasil
terjemahannya tidak lazim menurut citarasa bahasa ibu siswa.
d.
Pelajar
hanya mempelajari satu ragam bahasa, yaitu ragam bahasa tulis klasik, sedangkan
bahasa tulis modern dan bahasa percakapan tidak diperoleh.
e.
Kosakata,
struktur, dan ungkapan yang dipelajari oleh siswa mungkin sudah tidak dipakai
lagi atau dipakai dalam arti yang berbeda dalam bahasa modern.
f.
Karena
otak siswa dipenuhi oleh masalah-masalah tata bahasa maka tidak tersisa lagi
tempat untuk ekspresi dan kreasi bahasa.[16]
F.
Contoh Materi dengan
Metode Gramatika-Tarjamah
Berikut ini contoh teks materi kaidah tata
bahasa Arab di kutip dari kitab qawa’id al-lughah al-arabiyah (kaidah
tata bahasa arab) yang ditulis oleh Hifni Bek Dayyab dkk.[17]
الكلام علي الفعل
و فيه تسعة ابواب
الباب الأول في الماضي و المضارع و
الأمر
ينقسم الفعل الي ماض و مضارع و امر. فالماض ما يدل علي حدوث شيء مض
قبل زمان التكلم , مثل قرأ. وعلامته أن
يقبل تاء الفاعل كقرأت و تاء التأنيث الساكنة كقرأت.........,
والمضارع ما يدل علي حدوث شيء في زمان
التكلم او بعده فهو صالح للحالي و الإستقبال. و يعنيه للحالي لا م التوكيد و ما
النافية نحو اني ليحزنني ان تذهبوا به, و ما تدري نفس ماذا تكسب غدا و ما تدري نفس
بأي ارض تموت. و يعنيه للإستقبال السين و سوف و لن و ان و ان. نحو: سيصلي نارا,
سوف يرى, لن تراني , و ان تصوموا خير لكم, وان يتفرقا يغن الله كلا من سعته.
.........
و الأمر ما يطلب به حصول شيء بعد زمان
التكلم مثل اقرأ. و علامته أن يقبل نون التوكيد مع دلالته علي الطلب.
Metode Gramatika-tarjamah sangat menekankan adanya
pengajaran kaidah bahasa arab. Model pengajarannya bersifat deduktif. Untuk
pemahamannya bagi penutur asing, guru menggunakan teknik terjemah. Para pembelajar juga dilatih untuk menghafalkan
definisi-definisi dan kaidah-kaidah nahwu di luar kepala.
Contoh berikutnya tentang model soal-soal latihan dalam pembelajaran Gramatika-tarjamah yaitu : Bab tentang Isim,
Fi’il dan Huruf.[18]
Berikut ini dikemukakan beberapa kalimat dalam bahasa arab, anda diminta untuk
menentukan jenis kalimatnya. apakah isim (kata benda), fi’il (kata kerja), atau
huruf.
ذهب المدرس
الي الجامعة صباحا
ذهب : ………………………….
المدرس : ………………………….
الي : ………………………….
الجامعة : ………………………….
صباحا : ………………………….
فتح التلميذ
باب المدرسة مبكرا
فتح : …………………………
التلميذ : …………………………
المدرسة : …………………………
مبكرا : …………………………
لعب الولد
الكرة في الميدان
لعب : …………………………..
الولد : …………………………..
الكرة : …………………………..
في : ……………………………
الميدان : …………………………..
Bacalah teks berikut ini, kemudian tentukan
mana isim, fi’il dan hurufnya, terutama pada kalimat yang bergaris bawah.
بعث الله محمدا نبيا و رسولا يدعو الناس الي توحيد
الله و عبادته. محمد استمع الي كلام ربه, محمد دعا الناس الي عبادة
الله. محد علّم الناس توحيد الله
و طاعته.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Metode Gramatika-tarjamaah dengan segala kelebihan dan
kekurangannya merupakan metode yang tetap cocok diterapkan dalam pembelajaran
bahasa arab ketika fokus tujuan pengajarannya adalah berbasis Grammar. Namun
bukan berarti metode ini tidak tepat untuk tujuan pembelajaran yang lain. Sebab
dalam pembelajaran bahasa arab, pasti ada penjelasan kaidah-kaidah bahasa
meskipun porsinya berbeda-beda. Boleh jadi metode ini dapat dikombinasikan
dengan metode lain yang dirasa cocok untuk digabungkan sehingga dengan cara tersebut proses pengajaran bahasa
arab lebih matang dan mudah.
Pengajar bahasa Arab sebaiknya melakukan upaya untuk mensinergikan
antara metode gramatika-tarjamah (grammar-translation method) ini dengan
metode yang lain, misalnya metode langsung (direct method). sebab untuk
mencapai tujuan pembelajaran bahasa arab yang ideal, tentu menuntut adanya
seleksi metode dan strategi yang cocok sesuai asumsi pengajar dan siswa dalam
memandang apa itu bahasa.
Dalam sebuah pengajaran bahasa tidak ada istilah metode yang
terbaik, sebab beberapa metode yang ada muncul berawal dari asumsi
masing-masing penemu metode tersebut dalam memandang bahasa, sehingga
kesesuaian metode dengan tujuan pengajaran bahasa itulah yang barangkali bisa
dianggap tepat dan metode terbaik, bukan dalam arti umum untuk semua asumsi
yang jelas berbeda beda.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, cet. IV, Malang:Misykat,
2009.
A.g Bambang Setiyadi, Teaching Language As A Foreign
Language, cet. I, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Bisri Mustofa
dan M Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. cet.II, Malang:
UIN-MALIKI PRESS, 2012.
Hifni Bek
Dayyab dkk, Qawa’idu ‘L-Lughati ‘I-‘Arabiyah, cet. X, terj. Chatibul Umam dkk, Jakarta:
Darul Ulum Press, 2007.
Mardjoko Idris, Tata Bahasa Arab (Bagi Pemula),
Yogyakarta: Belukar CMG, 2009.
Sholikin, Thariqatu al-Qawaid wa al-Tarjamah, dalam Portal Web: http://solikin11.blogspot.com/2012/05/ diakses tanggal 18-03-2013
Suwarno
Pringgawidagda, Strategi Penguasaan Berbahasa, cet. ke-1, Yogyakarta:
ADICITA KARYA NUSA, 2002.
[1]
Ahmad Fuad
Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2009),
hlm. 40.
[2] ibid.,
[3]
A.g Bambang
Setiyadi, Teaching Language As A Foreign Language, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), hlm. 32
[4] Bisri Mustofa dkk, Metode & Strategi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012), cet. II, hlm.
24.
[5] Ahmad Fuad
Effendy, Metodologi……..,ibid , hlm. 40
[6] Abd Wahab Rosyidi dkk, Memahami Konsep dasar
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012). hlm. 49.
[8]
ibid.
[9]
A.g Bambang
Setiyadi, Teaching Language......, ibid.,
[11] A.g Bambang
Setiyadi, Teaching Language......, ibid.,
[12]
Bisri Mustofa dkk,
Metode & Strategi........, hlm. 28-29.
[13] Ibid., hlm. 29-31.
[14] Suwarno
Pringgawidagda, Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: ADICITA
KARYA NUSA, 2002), hlm. 68-89
[15] ibid. hlm. 32.
[16] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi......,hlm. 42.
[17] Hifni Bek
Dayyab Dkk, Qawa’idu ‘L-Lughati ‘I-‘Arabiyah, (Jakarta:
Darul Ulum Press, 2007), Cet. X, terj. Chatibul Umam dkk. hlm. 20-24.
[18] Mardjoko Idris, Tata Bahasa Arab (Bagi
Pemula), (Yogyakarta: Belukar CMG, 2009), hlm. 11-16.
No comments:
Post a Comment