Wahai kasih
By kang_bagus al jamily
Sampai saat ini q teringat dirimu. walau kau jauh disana aku tetap ingat dirimu, ada daya gravitasi yang cukup kuat mendorong ingatanku untuk mengingatmu. duhai yang hinggap di kalbuku, mengapa rasa rindu ini begitu tajam merasuki kalbuku, wajahmu takkan pernah pudar membawa pesona cerah dan teduh. Q seolah ingin senantiasa bersamamu di setip waktu tapi itu mustahil, kini kau telah jauh disana nan jauh laksana air yng mengalir meresap kedalam pori pori tanah dan lenyap sekejap tanpa sisa setetes pun, padahal setetes itu adalah lebih dari cukup berharga bagiku.
Wahai kasih, Tiada lagi goesaan tinta yang aku tulis tentangmu karena dirimu telah lenyap di hadapanku, aku tak mampu lg menggambarkan bagaimana keadaanmu saat ini, masih ingatkah dikau pada ku? Masih cintakah dikau pada ku? Tiada jawaban yaang ku terima hingga batiku bergumam,’’sudahlah tidak usah terlalu dalam merisaukan dia, bagaimanapun jua dia hakikatnya bukanlah milik siapa siapa, dia akan menentukan jalannya sendiri, begitu juga dirimu, kamu sebaiknnya menentukan jalan hidupmu, untuk masa depanmu,’’. aku mengerti apa maksud kalbuku, aku di minta agar melupakannya dan menganggapnya sebagai hayalan dan aku harus bangun dr khayalan yang menggelisahkan itu.
Sulit memang, aku telah terlanjur menjebur ke dalam air sungai cinta dengan si dia, baiklah aku sadari memang semua itu lamunan ku selama ini yang terlalu muluk untuk aku gapai, rasanya tiada mungkin di dunia yang segalanya bisa aku peroleh. Kecuali nanti di alam keabadian, dengan kehendak NYA. Walau demikian aku kan berusaha melupakannya dan melupakannya seiring dengan arus putaran bumi.
Wahai kasih, selamat jalan semoga engkau senantiasa dinaungi rahmadNYA. sekarang lakukanlah apa yang menjadi cita-cita, buanglah pikiran tentangku dlm sanubarimu. Relakan aku pergi dari kalbumu untuk waktu yang tak tahu entah akan kembali pd mu atau selamanya kita takkan bersama lagi, mari kita berjalan pada jalannya masing masing menggapai cita-cita, pergilah dimanapun kau suka, di ufuk timur mentari pagi telah menyambutmu untuk mencapai masa depan yang cerah, sedangkan aku kan selalu menapaki jalan terjal dan berliku-liku di saat berpisah darimu untuk waktu yang tiada pasti, walau demikian aku pun tak mau menyerah begitu saja dengan keadaan yang sulit, walau aku tiada berpunya apapun hanya sebatas bekal perjalanan secukupnya.
Aku optimis suatu saat nanti aku bisa mengejar mereka yang lebih dulu berlari dari keterkungkungan asmara cinta yang tak bertepi ini ke luar dan menggapai cakrawala pengalaman dan wawasan kehidupan yang sebenarnya dan bukan fiktif belaka. Mereka yang sadar bahwa menjalin asmara tanpa ada ikatan pernikahan adalah hanya akan menambah sederet masalah dari berbagai segi, katakanlah segi moral, etika, terbentur dengan aturan norma sosial agama dll.
Wahai akum muda, sadarlah kesenangan sesaat yang namanya cinta itu telah melalaikan akal kesadaran batin kita untuk berdiri diatas nilai-nilai kebenaran yang hakiki. Akhirnya kita terjebak pada kepentingan kepentingan duniawi yang ujung-ujungnya adalah kepuasan sesaat yang melahirkan penyesalan bukan hanya di dunia saja namun terbawa hingga di akhirta kelak, Na’udzuubillahi Mindzalik
hehe...., trnyt ada jg yg commet..., i lake it
ReplyDelete