Tuesday, September 24, 2013

DESAIN MATERI PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    latarbelakang
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
Oleh karena dalam makalah kami akan membahas sedikit tentang materi pembelajaran, yang mungkin bisa menambah pengetahuan dalam mengembangkan materi pembelajaran.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasahi oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu.[1] isi program atau materi pelajaran dalam suatu kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.[2] Jadi materi pelajaran merupakan segala sesuatu berupa penjabaran yang lebih konkret dari kurikulum dalam bentuk materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam setiap satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan komponen dari kurkulum.
Materi disusun guna membatu proses kelancaran pengajaran, Sebab materi pelajaran adalah bahan utama sebagai ilmu yang hendak disampaikan oleh pengajar kepada pembelajar. Kebutuhan akan materi pelajaran merupakan keniscayaan dalam sistem pembelajaran. Untuk itu pendidik hendaknya penentukan materi dan mengaturnya agar materi tersebut mudah dipahami oleh siswa ketika pendidik mengajarkannya di dalam kelas.
Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Pengertian masing-masing diatas sebagai berikut:
a.       Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan menunjukkan pada informasi yang disimpan dalam pikiran (mind) siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi yang harus dihafal dan dikuasahi oleh siswa, sehingga manakala diperlukan siswa dapat menangkapnya kembali.
b.      Keterampilan (skill)
Keterampilan (skill) menunjuk pada tindakan-tindakan (fisik dan non fisik) yang dilakukan seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu.
c.       Sikap (attitude)
Sikap menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa.[3]
Materi pembelajaran juga dibedakan menjadi empat macam  yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip.[4]
a.       Fakta
Fakta adalah sifat dari segala suatu gejala, peristiwa benda, yang wujudnya dapat ditangkap oleh panca indra. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji atau observasi. Fakta merupakan materi pelajaran yang paling sederhana, karena materi ini sifatnya hanya mengikat hal-hal yang spesifik.
Contoh :
-          Ibu kota Indonesia adalah Jakara
Merupakan fakta karena pada kenyataannya demikian.
-          Manusia berjalan dengan kakinya
Merupakan fakta yang dapat dirasakan dan dapat dilihat.
b.      Konsep
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari kelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki hubungan yang disebut atribut. Atribut adalah sesuatu yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Contoh : Anak laki-laki merupakan suatu konsep, yang memiliki atribut tentu                       yang berbeda dengan atribut yang dimiliki oleh konsep anak
 perempuan.
Dengan demikian pemahaman tentang konsep harus didahului dengan pemahaman tentang data dan fakta, sebab atribut itu sendiri pada dasarnya adalah sejumlah fakta yang terkandung dalam objek. 
c.       Prosedur
Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu. Misalnya prosedur tentang langkah-langkah melakukan suatu percobaan, langkah-langkah membuat suatu karangan, dan lain sebagainya.
d.      Prinsip
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris yang dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik kedalam prinsip. Contohnya : prinsip tentang ketertiban lalulintas prinsip tentang kesejahtaraan sosial prinsip tentang penguapan prinsip tentang radiasi dll.[5]
Materi-materi tersebut perlu diidentifikasi termasuk kelompok fakta, konsep, prosedur atau prinsip, karena perbedaan jenis materi itu akan membawa pada implikasi metode, media dan assesmen yang berbeda-beda pula.[6]
B.     Sumber Materi Pembelajaran
Sumber belajar sebenarnya tidak terbatas sebagaimana persepsi dalam model pembelajaran konvensional yang membatasi diri hanya dengan media buku ajar. Menurut wina, dalam pembelajaran konvensional, sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya sumber materi pelajaran. Bahkan, pembelajaran yang berorientasi kepada kurikulum subjek akademis, buku teks yang telah disusun oleh para pengembang kurikulum merupakan sumber utama. Dengan demikian, perubahan dan atau penyempurnaan kurikulum, pada dasarnya adalah penyempurnaan dan perubahan buku ajar. akibatnya, ketika terjadi perubahan kurikulum, maka selalu diikuti oleh perubahan buku pelajaran.[7] Wina memberikan sejumlah alasan rasional mengapa sumber belajar atau bahan pelajaran tidak terbatas hanya dengan buku ajar, yaitu :
·         Dewasa ini ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat, sehingga kalau guru dan siswa hanya mengandalkan buku teks sebagai sumber pelajaran, bisa terjadi materi yang dipelajarai akan cepat usang. Dengan demikian guru dituntut untuk menggunakan sumber lain yang dapat menyajikan informasi terbaru, misalnya menggunakan jurnal yang menyajikan berbagai pengetahuan mutakhir, majalah, koran dan sumber informasi elektronik, misalnya dengan menggunakan dan memamfaatkan internet dan lain sebaginya.
·         Kemajuan teknologi informasi memungkinkan materi pelajaran bukan hanya disimpan dalam buku teks saja, akan tetapi bisa disimpan dalam berbagai bentuk teknoligi yang lebih efektif dan efisien. Misalnya dalam bentuk CD, kaset, dll. Dalam bentuk semacamini materi pelajaran akan lebih menarik untuk dipelajari sebab dengan berbagai bentuk animasi, maka materi pelajaran akan lebih jelas dan kongkret. Sesuatu yang tidak mungkin disajikan dalam buku cetak karena keterbatasannya, maka dalam bentuk media elektronik akan dapat disajikan.
·         Tuntutan kurikulum seperti pada kurikulum satuan pendidikan (KTSP), menuntut siswa agar tidak hanya sekedar menguasai informasi teoritis, akan tetapi bagaimana teori tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan daerah dan lingkungan dimana siswa tersebut tinggal. Dengan demikian kehidupan masyarakat nyata mestinya dijadikan sebagai salah satu bahan pelajaran.[8]
Dari alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semestinya ketiga alasan diatas dapat membuka wawasan bagi seorang guru bahwa ternyata banyak sumber yang dapat dimanfaatkan untuk membelajarkan siswa, selain buku teks yang secara masal. Guru yang hanya mengandalkan buku teks sebagai sumber materi pelajaran cenderung pengelolaan pembelajaran hanya menyajikan materi pelajaran yang belum tentu berguna untuk kehidupan siswa.
Sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.       Tempat atau Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang sangat kaya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ada dua bentuk lingkungan belajar, yaitu:
Lingkungan pertama atau tempat yang sengaja didesain untuk belajar siswa, seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internet, dan lain sebagainya. Lingkungan semacam ini dikenal dengan lingkungan by design. Karena tempat semacam ini dirancang untuk proses pembelajaran. Lingkungan kedua lingkungan yang tidak didesin untuk proses pembelajran akan tetapi keberadaannya dapat dimanfaatkan , misalnya halaman sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, dll. Lingkungan ini dikenal dengan lingkungan yang bersifat by utilization.[9] Pendayagunaan lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, dan dengan cara membawa siswa ke masyarakat.[10]
b.      Orang atau Narasumber
Pengetahuan itu tidak statis, akan tetapi bersifat dinamis, yang terus berkembang sangat cepat. Kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak sesuai perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir. Misalnya peraturan perundang-undangan baru tentang sesuatu, penemuan-penemuan-penemuan baru dalam berbagai ilmu pengetahuan mutakhir,seperti munculnya berbagai penyakit seperti flu burung, sapi gila, demam berdarah, dll. Serta berbagai jenis rekayasa genetik seperti munculnya berbagai fenomena alam, dan  lain sebagainya, yang semuanya itu tidak mungkin di pahami oleh semua guru. maka untuk mempelajari konsep baru semacam ini guru dapat menggunakan orang yang lebih menguasai persoalan tersebut misalnya dengan mengundang dokter, polisi, dan sebagainya sebagai sumber bahan pelajaran.[11]
c.       Objek
Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu. Mempelajari bahan pelajaran dari benda yang sebenarnya bukan hanya dapat menghindari kesalahan persepsi tentang isi pelajaran, akan tetapi juga dapat membuat pelajaran lebih akurat dan motivasi belajar siswa akan lebih baik.[12]
d.      Bahan cetak atau non cetak
Ada tiga jenis bahan cetak dan non cetak yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa diantaranya adalah:
§  Bahan yang dapat dijadikan sebagi sumber belajar utama untuk setiap individu. Pada bentuk ini bahan pelajaran disusun sedemikian rupasehingga siswa dapat belajar secara individual, misalnya bahan cetak seperti modul atau pelajaran berprograma.
§  Bahna cetak yang disusun sebagi bahan penunjang, dan dirancang buka sebagai bahan pelajaran individu. Artinya bahan pembelajaran dari buku cetak ini masih memerlukan guru atau instruktur secara langsung. Yang termasuk bahan jenis ini adalah buku paket, diklat, hand-out, dll
§  Bahan yang tidak dirancang khusus untuk pembelajaran , tidak dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi siswa dalam mempelajari sesuatu. Bahan yang demikian biasanya berisi tentang gagasan dan ide-ide pengarang secara bebas, atau berisi tentang hasil-hasil penelitian mutakhir dalam satu bidang kajian tertentu. Yang termasuk dalam jenis ini adalah berbagai buku populer atau jurnal ilmiah.[13]
C.    Pengemasan Materi Pembelajaran
1.      Prinsip Pengemasan
Materi pembelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang ingin kita sampaikan pada anak didik untuk di kuasai. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan baik berupa ide, data/fakta, konsep dan lain sebagainya, yang dapat berupa kalimat, tulisan, gambar, peta atapun tanda. Pesan dapat disampaikan melalui bahasa verbal atau non verbal. Pesan yang disampaikan perlu dipahami oleh siswa, sebab manakala tidak dipahami maka pesan tidak akan terjadi informasi yang bermakna. Adakala satu pesan tidak diperoleh penerima pesan (siswa) atau tidak  sesuai dengan maksud pengirim pesan (guru). Hal ini perlu di waspadai oleh sebab salah pengertian dalam menerima pesan bisa di pengaruhi oleh keadaan individu yang menerima pesan itu sendiri.[14]
Ada sejumlah kriteria yang harus diperhatikan agar pesan dapat menarik untuk diketahui oleh siswa atau pembelajar, diantaranya adalah:
a)      Novelty (sesuatu yang baru), dalam penerimaan pesan melalui audio visual seperti video, pendengar atau pemirsa akan tertarik apabila yang disajikan sesuatu yang baru. [15] Pesan yang usang atau yang sebenarnya sudah diketahui siswa akan mempengaruhi tingkat motivasi dan perhatian siswa dalam mempelajari bahan pelajaran.
b)      Proximity, artinya dalam penerimaan pesan audio visual seperti televisi, pendengar atau pemirsa akan lebih tertarik apabilayang disajikan suatu peristiwa yang dekat secara fisik dengan pengalamannya.[16] Dalam konteks pembelajaran maka pesan harus berupa perisitwa yang dekat dengan pengalaman siswa. Pesan yang disajikan jauh dari pengalaman siswa cenderung kurang diperhatikan.
c)      Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga menggugah emosi.[17]
d)     Humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas sehingga menampilkan kesa lucu. Pesan yang dikemas dengan lucu cenderung menarik perhatian.[18]
e)      Keindahan, menyenangi keindahan dan kecantikan adalah salah satu sifat manusia.[19] Praktek mengajar yang memperhatikan estetika mengajar akan digemari oleh siswa.
Pengemasan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara yakni pengemasan secara visual dan pengemasan dalam bentuk cetakan. Beberapa pertimbangan teknis dalam mengemas materi pembelajaran menjadi bahan belajar diantaranya adalah:
a.       Kesesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai
b.      Kesederhanaan
c.       Unsur-unsur desain pesan
d.      Pengorganisasian bahan
e.       Petunjuk cara penggunaan.
2.      Bentuk-bentuk Pengemasan
Meteri pelajaran yang harus dipahami siswa dapat dikemas dalam berbagai bentuk, antara lain:
a.       Materi Pelajaran Terprogram
Materi pelajaran terprogram adalah salah satu bentuk penyajian meteri pembelajaran individual, sehingga materi pembelajaran dikemas untuk dapat dipelajari secara mndiri. Terdapat beberapa ciri dari materi pembelajaran terprogram:

1)      Materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit atau bagian kecil.
2)      Menuntut aktifitas siswa
3)      Mengetahui dengan segera setiap selesai mempelajari materi pelajaran
Materi terprogram bisa dikemas dalam bentuk tercetak dan bisa dalam bentuk non-tercetak seperti dalam bentuk video.
b.      Materi pelajaran melalui modul
Modul adalah satu kesatuan program yang lengkap, sehingga dapat dipelajari oleh siswa secara individual. Materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk modul memungkinkan siswa dapat belajar lebih cepat atau lebih lambat sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dalam modul ini minimal berisi tentang:
§  Tujuan yang harus dicapai
§  Petunjuk penggunaan
§  Kegiatan belajar
§  Rangkuman materi
§  Tugas dan latihan
§  Sumber bacaan
§  Item-item tes
§  Kriteria keberhasilan
§  Kunci jawaban
c.       Materi Pelajaran Kompilasi
Kompilasi adalah bahan belajar yang disusun dengan mengambil bagian bagian yang dianggap perlu dari berbagai sumber belajar dan menggabungkannya menjadi satu kesatuan yang menjadi bahan kompilasi biasanya berasal dari buku buku teks yang dianggap langka sehingga sulit didapatkan oleh para siswa.
Agar penyusunannya sistematis, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
a)      Tentukan tujuan yang harus dicapai oleh pengemasan materi pelajaran melalui sistem kompilasi.
b)      Kemukakan secara ringkas tentang bahan-bahan yang dikompilasikan.
c)      Jelaskan petunjuk dalam mempelajari bahan kompilasi.
d)     Buatlah alat tes untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mempelajari kompilasi.
e)      Antara satu bahan yang diambil dari satu sumber dan sumber lainnya diberi penyeka.
D.    Desain Materi Pelajaran Dengan Peta Konsep ( Concept Map)
Desain materi Pelajaran dengan menggunakan peta konsep ini merupakan teknik alternatif dalam mengorganisasi materi (content). Peta konsep (Concept Map) memiliki karakterisitik: pertama, hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama), kedua, memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain. ketiga, memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep. keempat, desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi-materi perkuliahan.[20]
Langkah-langkah guna mendesain materi dengan peta konsep[21] yaitu sebagai berikut: Langkah pertama, melakukan Brainstorming atau curah gagasan. Dosen/ guru berusaha menuangkan segala topik atau konsep yang berkaitan dengan materi mata kuliah. Misalnya ketika melakukan Brainstorming atau curah gagasan untuk mata kuliah Teologi Islam, Dosen/ guru mencurahkan semaksimal mungkin segala konsep, ide, topik terkait,  seputar aliran-aliran dalam Teologi Islam berikut:
1.      Sunni
2.      Khawarij
3.      Shi’ah
4.      Murjiah,
5.      Mu’tazilah,
6.      Al-Ash’ariyah
7.      Shi’ah Ismailiyah
8.      Al-Kasb
9.      Al-Qadariyah
10.  Al-Jabariyah
11.  Al-Muhakimah
12.  Al-Shi’ah Ithna ‘Asyariyah
13.  Al-Najdatal-Sufriyah
14.  Al-Ibadiyah
15.  Al-Maturidiyah
16.  Waqifiyah (Khawarij Basrah)
17.  Ahlu Al-Sunnah Wa Al-Jama’ah
18.  Kalam Tuhan (Al-Qur’an)
19.  Perbuatan Manusia.
Langkah kedua, setelah melakukan Brainstorming atau curah gagasan, Dosen /guru menyeleksi konsep-konsep atau topik-topik dari 19 topik menjadi sekitar 8 sampai 10 topik. Sebagai hasil seleksi konsep yang lebih besar, umpamanya dapat disebut sebagai berikut:
1.      Khawarij
2.      Murjiah,
3.      Mu’tazilah,
4.      Al-Ash’ariyah
5.      Al-Maturidiyah
6.      Ahlu Al-Sunnah Wa Al-Jama’ah
7.      Jabariyah
8.      Qadariyah
9.      Perbuatan Manusia
10.  Kalam Tuhan
Langkah ketiga,  penulisan konsep-konsep mayor /pokok pada kertas/kartu kecil. Langkah keempat, pembuatan gambar: visualisasi konsep-konsep mayor/pokok atau membuat peta konsep-konsep. Langkah kelima, pemberian garis panah antara konsep-konsep. langkah keenam, penamaan tanda panah diatas/ bawah garis panah. Dosen/guru mutlak memberi makna pada garis penghubung atau satu label di atas tanda panah.  Label menjadi penjelas sifat hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Setelah semua garis panah memiliki label, maka sebuah peta konsep dinyatakan telah jadi sebagai draft permulaan.
Evaluasi Peta Konsep (Concept Map)
Untuk mengevaluasi diagram atau peta konsep (Concept Map) tidak dilihat dari bentuknya (bulat, kotak, hirarki, dll), tetapi evaluasi lebih ditekankan:
1.      Konsep-konsep pokok/utama/mayor, yaitu ide sentral mata kuliah yang tampak dalam peta konsep.
2.      Hubungan yang jelas antara satu konsep dengan konsep yang lain, dan
3.      Makna hubungan yang jelas bila satu ide dihubungkan dengan ide yang lain.[22]
Pada proses self-evaluation terhadap concept map yang dibuat seorang dosen, dapat juga diajukan sejumlah pertanyaan kepada diri sndiri dengan butir-butir pertanyaan dibawah ini:[23]
1.      Apakah konsep-konsep tersebut relatif abstrak?
2.      Apa nama(bunyi) hubungan antara konsep x dengan y?
3.      Apa yang teradi jika anda,
4.      Memindahkan konsep x ke tempat lain?
5.      Anda memindahkan konsep y ke tempat lain?
6.      Anda mengubah arah hubungan tersebut?
7.      Apakah concept map itu sudah merefleksikan konsep-konsep yang paling penting/pokok/mayor dari mata kuliah anda?
8.      Apakah peta konsep itu jelas?
9.      Apakah semua konsep sudah saling menunjukkan hubungannya secara natural?
10.  Apakah bentuk (gambar) peta konsep ini yang terbaik?
Untuk mendapatkan umpan baik atau feedback terhadap konsep map mata kuliah, seorang dosen sebaiknya mencoba menyajikannya dalam suasana bebas resiko (free risk environment) kepada satu-dua orang yang relatif awam tentang mata kuliah itu. kemudian, kepada kolega yang berada dalam satu jurusan atau fakultas yang sama dan lantas kepada kolega yang berada dalam satu rumpun disiplin ilmu pengetahuan. pastikan bahwa seorang dosen mendapatkan feedback, kritik, dan saran dari mereka. sebagai ciri khas peta konsep yang bagus adalah:
1.      Peta konsep dapat berbicara dengan sendirinya.
2.      Orang awam mudah memahami secara menyeluruh pikiran-pikiran yang ada dalam gambar.[24]
Seorang dosen menyempurnakan desain concept map mata kuliahnya menjadi draf 2, draf, 3, draf 4, dan seterusnya sampai ia sendiri dan mahasiswanya merasa puas dengan concept map-nya itu.





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Materi pelajaran merupakan segala sesuatu berupa penjabaran yang lebih konkret dari kurikulum dalam bentuk materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam setiap satuan pendidikan tertentu.
2.      Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude).
3.      Materi pelajaran dapat diperoleh dari pelbagai sumber yang tidak terbatas, bisa berasal dari lingkungan sekitar, orang/narasumber, objek, bahan cetak dan non cetak.
4.      bentuk pengemasan materi dapat disajikan dalam tiga bentuk: bentuk materi pelajaran terprogram, bentuk materi pelajaran melalui modul, dan materi pelajaran kompilasi.
5.      Desain materi dengan concept map dapat menjadi alternatif dalam menyusun materi pelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Hisyam, Dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Center For Teaching Staff Development (CTSD), 2002.
Sanjaya, Wina,  Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet. ke-3. Jakarta: Kencana, 2010.
Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras, 2009.
B Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, cet. ke-2, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007.
Hamalik, Oemar,  Kurikulum dan Pembelajaran, cet. ke-6, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/desain-materi-pembelajaran.html. Diakses Hari Senin Tanggal 13/05/2013 Jam 11.35 wib.





[1] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke-3. hlm. 141
[2]  Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 84.
[3]  Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ibid., hlm. 142
[4]  Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum......,ibid.,
[5] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain........., ibid.,
[6]  Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum......,ibid., hlm. 84-85
[7] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain.........,ibid., hlm. 146.
[8]  Ibid.,
[9]  Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain.........,ibid., hlm. 147-149
[10] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. ke-6. hlm. 100
[11] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain.........,ibid.,
[12]  Ibid.,
[13] Ibid., hlm. 147-149.
[14]  Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain........., ibid.
[15]  Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007), cet. ke-2,  hlm. 53
[16]  Ibid.,
[17] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain........., ibid.,
[18] Ibid.,
[19] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, ibid.,hlm. 53.
[20]  Hisyam Zaini Dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Center For Teaching Staff Development (CTSD), 2002 ) hlm. 19
[21]  Ibid., hlm. 26-27
[22]  Ibid., hlm. 29
[23]  Ibid., hlm. 29-30.
[24]  Ibid.,

No comments:

Post a Comment