Monday, September 23, 2013

Menjaga Iman di Era Post-Modernisme

“Demi masa, manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih, saling menasihati dalam Haq (kebenaran) dan kesabaran” .Ya rob....Baru ku sadari, bahwa era ini tidaklah lebih baik dari era sebelumnya, katakanlah di era penjajahan secara fisik, dimana bangsa Indonesia tertindas oleh kolonial beratus-ratus tahun lamanya sejak Belanda Inggris dan Jepang. Kini, Era yang menurut hemat saya semakin bertambah tidak jelas arah. Sebab semua orang atas dasar kebebasan telah melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa memperdulikan lagi batasan-batasan norma. Bahkan ironis, ketika nilai Agama juga sudah tidak lagi menjadi jalan hidup. Sungguh berat sekali rasanya menjaga Iman di era kebebasan ini. Mirip era syahwat dimana semua orang berlomba-lomba mencari keuntungan secara besar-besaran dengan pelbagai cara apapun. Syahwat korupsi telah menjebak para politisi kita kedalam praktek yang tidak fair. Syahwat kekuasaan telah menutup visi untuk mensejahterakan bangsa, sebab hanya kepentingan politik golongan saja lah yang sebenarnya lebih diprioritaskan. Syahwat kebinatangan telah menjebak generasi muda kedalam jurang pergulan bebas, free sex, narkoba, krisis multidimensi, hedonisme, kesempitan pikir, acuh tak acuh. Sungguh sangat membahayakan bagi masa depan umat manusia mana kala semua hal diatas terjadi di era ini. 
Disi lain, banyak terjadi pendangkalan Iman. sebagian orang terjebak pada propaganda persatuan dan kesatuan umat namun atas nama Agama tanpa menyelidiki apakah Islam membernarkan penyatuan agama? toleransi dalam Islam bukanlah dalam bentuk pembenaran Agama2. Sebab Islam Adalah Agama yang di bawa Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW bagi umatnya sebagai satu-satunya way of life (jalan hidup umat Islam) yang harus diyakini kebenarannya. amal shalih yang tidak dilandasi Iman kepada Allah juga tidak dibenarkan dalam Islam, sehingga, apapun perbuatan baik berupa kepedulian sosial, jalinan kasih sayang, yang hanya berlandaskan moral semata tidak ada Iman di dalamnya, maka ini sia sia belaka. Sebab pada hakikatnya dalam Islam, amal perbuatan adalah bentuk nyata dari konsekuensi iman, sehingga amal shalih apapun bentuknya harus ada Iman sbg landasannya sehingga tujuan amal semata-mata hanya untuk keridhaan allah SWT, bukan untuk moral semata. 
Iman kaum mukmin di era syahwat ini sungguh sangat di uji. Tentu ujian yang tidak lebih mudah dibanding ujian para mujahid di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wa sallam. Dimana ada sebagian yang lemah imannya merasakan berat untuk ikut terjun di medan Jihad (perang melawan kaum kafir/musyrik). Ujian keimanan di era sekarang ini sungguh multidimensi, dimana segala sisi kehidupan umat manusia sudah diliputi segala kebobrokan moral, penipuan, syahwat, kesenjangan sosial, keserakahan. Iman tidak bisa dibeli di supermarket, sebab iman merupakan dimensi metafisik yang hanya mampu didapatkan oleh mereka yang tulus ikhlas menyembah Allah swt selama hidupnya. Konsekuensi dari pengakuan Iman tidak pernah mengizinkan atas segala penyimpangan dan dua hal yang berbeda antara kebaikan dan keburukan. Iman menghendaki pemiliknya untuk selalu memegang janji keimanannya dan selalu berpegang teguh terhadap pengakuan keimanannya. Karena itulah pengakuan iman ini sangat tidak mudah untuk dijaga dan dilakukan.
Hanya mereka yang kembali kepada Nilai Agama dan mengamalkanya selama hidupnya lah yang insya Allah selamat dari segala fitnah era Dajjal ini. Semoga kita kaum muslimin diselamatkan dari fitnah Dajjal yang sudah menyebar disegala lini kehidupan kita saat ini. Marilah kita senantiasa menjaga iman kita hingga akhir hayat kita. Allah Swt tidak menyia-nyiakan keimanan kita di akhirat nanti. Di hari penghakiman dimana siapa yang menipu akan mendapatkan balasan, siapa selalu hidup lurus akan mendapatkan surga dan sebaliknya yang tidak lurus akan mendapatkan api membara di neraka, na’uduzbillah min dzalik. Biarlah kita dianggap menjadi orang yang aneh dan asing karena sikap kita yang lurus di jalan Allah, daripada menggadaikan Iman kita demi secuil keinginan dunia yang tidak abadi. Sebab apa  yang kita harapkan bukanlah kebahagiaan dunia saja, namun masa depan di hari keabadian yaitu akhirat. Di akhir zaman nanti, hamba yang shalih akan dianggap asing oleh kaumnya. Betapa ini gambaran tentang parahnya situasi saat itu. Namun sebagai hamba yang shalih, tidaklah peduli akan anggapan orang jika apa yang dia lakukan adalah jalan menuju keridhaan Allah. Dibanding harus celaka dan mendapatkan murka Allah swt. Wallahu a’lam.


No comments:

Post a Comment