Tuesday, April 23, 2013


GRAMMAR TRANSLATION METHOD

BAB I
PENDAHULUAN

Proses pembelajaran bahasa membutuhkan metode, dan metode akan mengikuti asumsi yang ada pada diri pendidik atau guru dalam memandang bahasa, sehingga pemilihan metode yang tepat sangat diperlukan untuk mempermudah proses pengajaran bahasa tersebut.  
Salah satu metode yang tidak asing lagi bagi dunia pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa arab, yaitu metode gramatika-tarjamah. Metode ini muncul paling awal sehingga ada sebagian pendapat yang menamai metode ini dengan metode klasik atau tradisional. Keberadaan metode ini sangat mempengaruhi perkembangan dunia pengajaran bahasa, khususnya bahasa Arab. Kalau kita melihat bagaimana pengajaran bahasa Arab di dunia pesantren salaf misalnya, disana sangat terpengaruh oleh metode gramatika-tarjamah ini. Kondisi ini dirasa cocok dengan tujuan-tujuan pembelajaran bahasa yang diharapkan oleh pesantren sehingga akan terus dipertahankan hingga saat ini.
Untuk penjelasan lebih detail, penulis akan mencoba memaparkan beberapa hal mendasar terkait metode ini antara lain, asal-usul metode grammar translation method, karakteristiknya, serta contoh dalam proses pengajaran bahasa arab.



  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Grammar-translation Method (Metode Gramatika-Tarjamah)
Asal usul metode ini dalam sejarahnya dapat kita pahami berawal dari abad pertengahan (abad ke-15) ketika banyak sekolah dan universitas di Eropa mengharuskan siswanya mempelajari bahasa Latin yang dianggap mempunyai “nilai pendidikan yang tinggi guna mempelajari teks-teks klasik. Ahmah Fuad Effendy mengutip pendapat para pakar dalam bukunya menyebutkan, bahwa cikal bakal metode ini dapat dirujuk pada abad kebangkitan Eropa ( abad 15) ketika banyak sekolah dan universitas di Eropa pada waktu itu mengharuskan pelajar/mahasiswa belajar bahasa latin karena dianggap mempunyai “nilai pendidikan tinggi” guna memperoleh teks-teks klasik. (al-araby, 1981).[1]
Metode ini merupakan pencerminan yang tepat dari cara bahasa-bahasa Yunani kuno dan Latin yang diajarkan selama berabad-abad (Subyakto, 1993). Akan tetapi penamaan metode klasik ini dengan “Grammar Translation Method” baru dikenal pada abad 19, ketika metode ini digunakan secara luas di benua Eropa (Brown, 2001).[2] A.g Bambang mengatakan, :” The Grammar translation method (GTM) was widely used in the USA in 1890’s, it was also called The Classical Method since it was first used in the teaching of classical languages, latin and Greek[3] ( Metode Gramatika-tarjamah secara luas telah digunakan di Amerika tahun 1890, metode ini juga disebut dengan “Metode Klasik” sejak pertama digunakan dalam pengajaran bahasa-bahasa klasikal)”. Metode ini banyak diterapkan untuk pengajaran bahasa arab, baik di negeri-negeri Arab maupun di negeri-negeri Islam lainnya, termasuk Indonesia, metode ini masih digunakan sampai hari ini di pondok-pondok pesantren yang lazim disebut dengan pesantren salafi.
B.     Pengertian Grammar-Translation Method (Metode Gramatika-Tarjamah)
Metode Gramatika-Tarjamah ini merupakan metode tertua dalam pembelajaran bahasa asing sehingga disebut sebagai metode tradisional.[4] Metode ini berdasarkan Asumsi Bahwa ada satu logika semesta yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa tata bahasa merupakan bagian dari filsafat dan logika.[5] Belajar bahasa dengan demikian dapat memperkuat kemampuan berpikir logis, memecahkan masalah dan menghafal.[6] Untuk melihat titik kesamaan itu, perlu dilakukan kajian tata bahasa asing yang dipelajari, dan untuk melihat pokok pikiran yang terkandung oleh tulisan bahasa asing yang dipelajari, perlu diadakan kegiatan transformasi (terjemahan) kosa kata dan kalimat dalam bahasa asing yang dipelajari ke dalam kosa kata/kalimat dalam bahasa pelajar sehari-hari. Jadi inti kegiatan belajar bahasa asing adalah menganalisa tata bahasa, menulis kalimat, dan menghafalkan kosakata sebagai dasar transformasinya ke dalam bahasa yang digunakan sehari-hari.[7]
Metode Gramatika dan terjemah melihat bahasa secara preskriptif (ketentuan), dengan demikian kebenaran bahasa berpedoman pada petunjuk tertulis, yaitu aturan-aturan gramatikal yang tertulis oleh ahli bahasa, bahkan menurut ukuran guru. Ba’labaki (1990: 216) menjelaskan bahwa dasar pokok metode ini adalah hafalan kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu terjemahnya ke dalam bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran. Sedangkan perhatian terhadap kemampuan berbicara sangat kecil.[8] Ini berarti bahwa titik tekan metode ini bukan melatih para pelajar agar pandai berkomunikasi secara aktif, melainkan memahami bahasa secara logis yang didasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah tata bahasa. Senada dengan Ba’albaki, A.g Bambang mengatakan: “Language learners are not expected to be able to use the target language for communication. no class times is allocated to allow language learners to produce their own sentences and little time is spent on oral practice [9] (para pembelajar bahasa tidak diharapkan mampu menggunakan bahasa target untuk komunikasi. Tidak ada alokasi waktu dalam kelas yang mengizinkan para pembelajar bahasa memproduksi kalimat mereka sendiri dan sedikit waktu yang digunakan untuk praktek oral). Tujuan metode ini menurut Al-Naqah (2010) adalah agar para pelajar pandai dalam menghafal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.[10]
Bambang Setiyadi mengatakan “The fundamental purpose people learned a foreign language was to be able to read literature that was written in the foreign language so that the students were provided with exercise to read and write in the foreign language”[11] (tujuan mendasar seseorang belajar bahasa asing adalah agar mampu membaca literatur yang ditulis dengan bahasa asing, sehingga para siswa diberikan banyak latihan membaca dan menulis dalam bahasa asing).
Berdasarkan pernyataan tersebut ada dua aspek penting dalam metode kaidah dan terjemah; pertama, kemampuan menguasai kaidah tata bahasa; dan kedua, kemampuan menerjemahkan. Dua kemampuan ini adalah modal dasar untuk mentransfer ide atau pikiran ke dalam tulisan dalam bahasa asing (mengarang), dan modal dasar untuk memahami ide atau pikiran yang dikandung tulisan dalam bahasa asing yang dipelajari (membaca pemahaman).

C.    Karakteristik Grammar-translation Method (Metode Gramatika-Tarjamah)
Metode ini pada tataran praktisnya memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan sejumlah metode yang akan datang berikutnya. Ciri-cirinya antara lain sebagai berikut: Pertama, siswa mempelajari kaidah-kaidah Nahwu (tatabahasa) dan daftar kosakata dwibahasa yang berkaitan erat dengan bahasa bacaan pada pelajaran yang bersangkutan. Tata bahasa dipelajari secara deduktif dengan bantuan penjelasan-penjelasan yang panjang serta terperinci. Segala kaidah dipelajari dengan pengecualian dan ketidakbiasaan dimana dijelaskan dengan istilah-istilah gramatikal atau ketatabahasaan. Kedua, Setelah kaidah-kaidah dan kosakata dipelajari, maka petuntuk-petunjuk bagi penerjemahan latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan pun diberikan. ketiga, Pemahaman akan kaidah-kaidah dan bahasa bacaan pun diuji melalui terjemahan. Para siswa dikatakan telah dapat mempelajari bahasa tersebut kalau mereka dapat menerjemahkan paragraf-paragraf atau bagian-bagian prosa dengan baik.
keempat, Bahasa asli/bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan pembelajaran adalah untuk mengalihkan bahasa sasaran (B1) ke bahasa ibu (B2) dan sebaliknya, dengan menggunakan kamus jika diperlukan. kelima, Memang sedikit kesempatan untuk praktek/latihan menyimak dan berbicara selama penggunakan metode ini, karena lebih memusatkan perhatian pada latihan-latihan membaca dan terjemahan. Kebanyakan waktu dikelas digunakan untuk membicarakan mengenai bahasa, dan sedikit waktu yang tersedia untuk menggunakan (berbicara di dalam dan dengan) bahasa yang dipelajari. (omaggio 1986, tarigan 1988).[12]
Karakterisitik lain dalam penggunaan Grammar-translation Method (metode Gramatika-tarjamah) yaitu Seperti yang dijelaskan Bisri Mustofa mengutip pendapat Jack C. Richards dan Theodore S Rodgers (1986), sebagai berikut[13]:
a.       Tujuan telaah bahasa asing adalah mempelajari sesuatu bahasa agar dapat membaca susastranya atau agar dapat menarik keuntungan dari disiplin mental dan perkembangan inteletual yang timbul dari telaah bahasa asing itu. Terjemaahan tatabahasa adalah suatu cara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut pertama-tama melalui kaidah-kaidah tata bahasanya secara terperinci, diikuti oleh penerapan pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan teks-teks ke dalam dan dari bahasa sasaran. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dipandang sebagai yang terdiri upaya yang melebihi serta memanipulasi morfologi dan sintaksis bahasa asing tersebut. Bahasa pertama diperlukan sebagai sistem acuan dalam pemerolehan bahasa kedua (stern, 1987).
b.      Membaca dan menulis merupakan fokus utama atau sasaran pokok, bahkan sering tidak ada perhatian sistemik pada belajar berbicara dan menyimak.
c.       Pemilihan kosakata semata-mata didasarkan pada teks-teks bacaan yang digunakan, dan kata-kata yang diajarkan melalui daftar-daftar kata dwibahasa, telaah kamus dan hafalan. Dalam teks terjemahan tata bahasa yang khas, kaidah-kaidah tata bahasa pun disajikan dan diilustrasikan, suatu daftar butir-butir kosakata disajikan dengan padanan-padanan terjemahannya, dan latihan-latihan terjemahan ditetapkan.
d.      Kalimat merupakan unit dasar pengajaran, dan praktek/latihan bahasa. Kebanyakan dari jam pelajarana diperuntukan bagi penerjemahan kalimat-kalimat ke dalam bahasa sasaran dan fokus terhadap kalimat inilah yang merupakan ciri khusus metode ini.
e.       Kecermatan dan ketepatan sangat ditekankan kepada siswa dengan harapan dapat mencapai norma-norma atau standar yang tinggi dalam terjemahan, karena prioritas utama yang diberikan pada norma-norma ketepatan dan kecermatan yang tinggi merupakan prasyarat bagi kelulusan sejumlah besar ujian tulis formal yang berkembang selama abad ini.
f.       Tata bahasa diajarkan secara deduktif, dengan penyajian dan pengkajian kaidah-kaidah tata bahasa, yang kemudian dipraktekkan melalui latihan-latihan terjemahan. Dalam kebanyakan teks terjemahan tatabahasa, suatu silabus diikuti dengan baik demi pengurutan butir-butir tata bahasa diseluruh teks, dan ada upaya untuk mengajarkan tata bahasa dengan dan dalam suatu cara yang tersusun rapi dan sistemik.
g.      Bahasa asli/ibu merupakan media pengajaran. Bahasa tersebut dipakai untuk menjelaskan butir-butir atau hal baru dan  untuk memudahkan pembuatan perbandingan antara bahasa asing dan bahasa ibu siswa.
Suwarna membuat rangkuman tentang gambaran Grammar-Translation Methode (GMT)  sebagai berikut[14]:
a.       Tujuan:
Metode tata bahasa-terjemah bertujuan agar siswa dapat membaca literatur di dalam bahasa target, mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa, kosakata, dan mengembangkan aktivitas mental.
b.      Peran:
Guru memiliki otoritas, siswa mengikuti instruksi untuk mempelajari apa yang diketahui guru.
c.       Proses belajar mengajar:
Siswa belajar dengan cara menerjemah dari bahasa satu ke bahasa lain, menerjemahkan pesan pengajaran ke dalam bahasa target kepada penutur asli. Tata bahasa yang berupa kaidah-kaidah kebahasaan dan contoh-contoh pada umumnya dipelajari secara deduktif. Siswa meresapi kaidah-kaidah tersebut, kemudian menerapkannya pada contoh-contoh lain. Mereka mempelajari paradigma seperti konjugasi kata kerja bahasa asli melalui kosakata.
d.      Interaksi:
Sebagian besar interaksi berupa interaksi guru ke siswa, dan interaksi atas inisiatif siswa. Interaksi antar siswa relatif sedikit.
e.       Pandangan tentang bahasa-budaya:
Bahasa sastra dipandang superior untuk bahasa lisan, aspek budaya dianggap sama dengan sastra dan seni.
f.       Aspek-aspek bahasa:
Kosakata dan tata bahasa sangat ditekankan. Membaca dan menulis merupakan keterampilan utama. Berbicara dan mendengarkan tidak ditekankan.
g.      Peranan B1:
B1 memberikan kunci terhadap makna dalam bahasa target, B1 digunakan didalam kelas secara bebas.
h.      Alat evaluasi:
Tes berupa penerjemahan dari b1 ke bahasa target dan bahasa target ke B1, penerapan kaidah tata bahasa dan menjawab pertanyaan tentang budaya bahasa target.
i.        Respon terhadap kesalahan:
Tekanan utama pada pembetulan kesalahn. Guru membetulkan ketika jawaban siswa salah.

D.    Contoh Praktek Pengajaran
Pertama:   mengulang materi mufradat. Siswa mencatat mufradat baru pada waktu guru membacakan terjemahan bahasa asli (Arab).
Kedua:   Guru menyuruh sebagian siswa membaca bacaan dalam buku dengan keras. Setelah itu guru membacakan beberapa kalimat kemudian memberi kesempatan kepada siswa mengulangi bacaan dalam hati.
Ketiga:     Para siswa menerjemah kalimat-kalimat dalam bacaan ke dalam bahasa terjemah. Bila dibutuhkan, guru membantu siswa yang menemui kesulitan.
Keempat: Kemudian guru memulai inti pelajaran dengan penjelasan nahwu (tata bahasa). Kaidah-kaidah diterangkan secara rinci dalam bahasa aslinya (Arab). Para siswa mencatat kaidah-kaidah lengkap dengan penjelasannya, contoh-contohnya serta pengecualiannya dalam buku mereka.
Kelima: Pada akhir pelajaran, waktu digunakan untuk mengerjakan tugas tertulis yang ada kaitannya dengan nahwu dari bahasa Arab ke bahasa terjemahan. Siswa yang belum selesai mengerjakan disuruh menyelesaikan di rumah, dan juga diberi tugas menghafalkan mufradat baru yang berkaitan dengan pelajaran berikutnya.[15]

E.     Kekuatan dan Kelemahan
Didalam setiap metode pembelajaran tidak luput dari adanya beberapa ciri yang menjadi keunggulan masing-masing metode dan sekaligus ada sisi-sisi lemah yang juga terdapat pada masing-masing metode tersebut. Berikut ini beberapa kekuatan dan kelemahan dalam metode gramatika-tarjamah yaitu:
·         Kekuatan:
a.       Pelajar menguasahi dalam arti hafal di luar kepala kaidah-kaidah tatabahasa BT.
b.      Pelajar memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajari dan mampu menerjemahkannya.
c.       Pelajar mampu memahami karakteristik BT dan banyak hal lain yang bersifat teoritis, dan dapat membandingkannya dengan karakterisitk bahasa ibu.
d.      Metode ini memperkuat kemmapuan pelajar dalam mengingat dan menghafal.
e.       Bisa dilaksanakan dalam kelas besar dan tidak menuntut kemapuan guru yang ideal.
·         Kelemahan:
a.       Metode ini lebih banyak mengajarkan “tentang bahasa” bukan mengajarkan “kemahiran berbahasa”.
b.      Metode ini hanya mengajarkan kemahiran membaca, sedang tiga kemahiran yang lain (menyimak, berbicara, menulis) diabaikan.
c.       Terjemahan harfiah sering mengacaukan makna kalimat dalam konteks yang luas, dan hasil terjemahannya tidak lazim menurut citarasa bahasa ibu siswa.
d.      Pelajar hanya mempelajari satu ragam bahasa, yaitu ragam bahasa tulis klasik, sedangkan bahasa tulis modern dan bahasa percakapan tidak diperoleh.
e.       Kosakata, struktur, dan ungkapan yang dipelajari oleh siswa mungkin sudah tidak dipakai lagi atau dipakai dalam arti yang berbeda dalam bahasa modern.
f.       Karena otak siswa dipenuhi oleh masalah-masalah tata bahasa maka tidak tersisa lagi tempat untuk ekspresi dan kreasi bahasa.[16]
F.     Contoh Materi dengan Metode Gramatika-Tarjamah
Berikut ini contoh teks materi kaidah tata bahasa Arab di kutip dari kitab qawa’id al-lughah al-arabiyah (kaidah tata bahasa arab) yang ditulis oleh Hifni Bek Dayyab dkk.[17]
الكلام علي الفعل
و فيه تسعة ابواب
الباب الأول في الماضي و المضارع و الأمر
ينقسم الفعل الي ماض  و مضارع و امر. فالماض ما يدل علي حدوث شيء مض قبل زمان التكلم , مثل قرأ.  وعلامته أن يقبل تاء الفاعل كقرأت و تاء التأنيث الساكنة كقرأت.........,
والمضارع ما يدل علي حدوث شيء في زمان التكلم او بعده فهو صالح للحالي و الإستقبال. و يعنيه للحالي لا م التوكيد و ما النافية نحو اني ليحزنني ان تذهبوا به, و ما تدري نفس ماذا تكسب غدا و ما تدري نفس بأي ارض تموت. و يعنيه للإستقبال السين و سوف و لن و ان و ان. نحو: سيصلي نارا, سوف يرى, لن تراني , و ان تصوموا خير لكم, وان يتفرقا يغن الله كلا من سعته. .........
و الأمر ما يطلب به حصول شيء بعد زمان التكلم مثل اقرأ. و علامته أن يقبل نون التوكيد مع دلالته علي الطلب.
Metode Gramatika-tarjamah sangat menekankan adanya pengajaran kaidah bahasa arab. Model pengajarannya bersifat deduktif. Untuk pemahamannya bagi penutur asing, guru menggunakan teknik terjemah. Para pembelajar juga dilatih untuk menghafalkan definisi-definisi dan kaidah-kaidah nahwu di luar kepala.
Contoh  berikutnya tentang model soal-soal latihan dalam pembelajaran Gramatika-tarjamah yaitu : Bab tentang Isim, Fi’il dan Huruf.[18] Berikut ini dikemukakan beberapa kalimat dalam bahasa arab, anda diminta untuk menentukan jenis kalimatnya. apakah isim (kata benda), fi’il (kata kerja), atau huruf.
ذهب المدرس الي الجامعة صباحا
ذهب                  :           ………………………….
المدرس               :           ………………………….
الي                    :           ………………………….
الجامعة               :           ………………………….
صباحا               :           ………………………….
فتح التلميذ باب المدرسة مبكرا
فتح                    :           …………………………
التلميذ                 :           …………………………
المدرسة              :           …………………………
مبكرا                 :           …………………………
لعب الولد الكرة في الميدان
لعب                   :           …………………………..
الولد                   :           …………………………..
الكرة                  :           …………………………..
في                     :           ……………………………
الميدان                :           …………………………..
Bacalah teks berikut ini, kemudian tentukan mana isim, fi’il dan hurufnya, terutama pada kalimat yang bergaris bawah.
بعث الله محمدا نبيا و رسولا يدعو الناس الي توحيد الله و عبادته. محمد استمع الي كلام ربه, محمد دعا الناس الي عبادة الله. محد علّم الناس توحيد الله  و طاعته.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Metode Gramatika-tarjamaah dengan segala kelebihan dan kekurangannya merupakan metode yang tetap cocok diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab ketika fokus tujuan pengajarannya adalah berbasis Grammar. Namun bukan berarti metode ini tidak tepat untuk tujuan pembelajaran yang lain. Sebab dalam pembelajaran bahasa arab, pasti ada penjelasan kaidah-kaidah bahasa meskipun porsinya berbeda-beda. Boleh jadi metode ini dapat dikombinasikan dengan metode lain yang dirasa cocok untuk digabungkan sehingga  dengan cara tersebut proses pengajaran bahasa arab lebih matang dan mudah.
Pengajar bahasa Arab sebaiknya melakukan upaya untuk mensinergikan antara metode gramatika-tarjamah (grammar-translation method) ini dengan metode yang lain, misalnya metode langsung (direct method). sebab untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa arab yang ideal, tentu menuntut adanya seleksi metode dan strategi yang cocok sesuai asumsi pengajar dan siswa dalam memandang apa itu bahasa.
Dalam sebuah pengajaran bahasa tidak ada istilah metode yang terbaik, sebab beberapa metode yang ada muncul berawal dari asumsi masing-masing penemu metode tersebut dalam memandang bahasa, sehingga kesesuaian metode dengan tujuan pengajaran bahasa itulah yang barangkali bisa dianggap tepat dan metode terbaik, bukan dalam arti umum untuk semua asumsi yang jelas berbeda beda.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, cet. IV, Malang:Misykat, 2009.
A.g Bambang Setiyadi, Teaching Language As A Foreign Language, cet. I, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Bisri Mustofa dan M Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. cet.II, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012.
Hifni Bek Dayyab dkk, Qawa’idu ‘L-Lughati ‘I-‘Arabiyah, cet. X, terj. Chatibul Umam dkk, Jakarta: Darul Ulum Press, 2007.
Mardjoko Idris, Tata Bahasa Arab (Bagi Pemula), Yogyakarta: Belukar CMG, 2009.
Sholikin, Thariqatu al-Qawaid wa al-Tarjamah, dalam Portal Web: http://solikin11.blogspot.com/2012/05/ diakses tanggal 18-03-2013
Suwarno Pringgawidagda, Strategi Penguasaan Berbahasa, cet. ke-1, Yogyakarta: ADICITA KARYA NUSA, 2002.




[1] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2009), hlm. 40.
[2] ibid.,
[3] A.g Bambang Setiyadi, Teaching Language As A Foreign Language, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 32

[4]  Bisri Mustofa dkk, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012), cet. II, hlm. 24.
[5] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi……..,ibid , hlm. 40
[6]  Abd Wahab Rosyidi dkk, Memahami Konsep dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012). hlm. 49.
[8] ibid.
[9] A.g Bambang Setiyadi, Teaching Language......, ibid.,
[11] A.g Bambang Setiyadi, Teaching Language......, ibid.,
[12] Bisri Mustofa dkk, Metode & Strategi........, hlm. 28-29.

[13]  Ibid., hlm. 29-31.
[14] Suwarno Pringgawidagda, Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: ADICITA KARYA NUSA, 2002), hlm. 68-89
[15] ibid. hlm. 32.
[16]  Ahmad Fuad Effendy, Metodologi......,hlm. 42.
[17] Hifni Bek Dayyab Dkk, Qawa’idu ‘L-Lughati ‘I-‘Arabiyah, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2007), Cet. X, terj. Chatibul Umam dkk. hlm. 20-24.
[18]  Mardjoko Idris, Tata Bahasa Arab (Bagi Pemula), (Yogyakarta: Belukar CMG, 2009), hlm. 11-16.

No comments:

Post a Comment